Cirebon – Ada pengalaman menarik tentang makanan khas Cirebon ini. Tahun 1997 Rudianto terdampar di Cirebon karena SK sebagai guru PNS Ikatan Dinas. Daerah yang asing baginya saat itu, juga makannya.
Ceritanya, suatu saat, pada hari senin, setelah seharian mengosongkan perut, bada (setelah) magrib Rudianto makan sedikit saja karena rencananya bada isya akan menikmati Mi Koclok yang mangkal di pinggir jalan raya di daerah Dawuan, tempat ia ngontrak rumah. Saat itu Rudianto masih sendirian.
Namun, begitu ia meletakan sendok di piring, bukan mangkok, Rudianto protes.
“Mas, saya pesan Mi Kocok!”
“Iya, itu mi kocloknya, De.” kata pedagang.
Ibu yang sedang memesan tersenyum. Beberapa orang heran dan tertawa. lalu si ibu berkata.
“Kalau di Bandung mi kocok, di Cirebon Mi Koclok. Ini Mi Koclok, De.”
Waduh, celaka!
“Sejak saat itu saya tidak pernah berselera pada Mi koclok sampai pada tahun 2019 setelah mengerjakan tugas dinas di daerag Gegesik, saya diajak untuk sarapan yang kesiangan, pukul 11.00 di Mi Koclok Mang Rasita Plumbon. Saat itu entah karena lapar atau karena tersugesti kata orang, Mi Koclok Mang Rasita paling enak, saya menghabiskan satu posrsi Mi Koclok sebagai sarapan yang kesiangan,”tuturnya.Ibu yang sedang memesan tersenyum. Beberapa orang heran dan tertawa. lalu si ibu berkata.
“Kalau di Bandung mi kocok, di Cirebon Mi Koclok. Ini Mi Koclok, De.”
Waduh, celaka!
“Sejak saat itu saya tidak pernah berselera pada Mi koclok sampai pada tahun 2019 setelah mengerjakan tugas dinas di daerag Gegesik, saya diajak untuk sarapan yang kesiangan, pukul 11.00 di Mi Koclok Mang Rasita Plumbon. Saat itu entah karena lapar atau karena tersugesti kata orang, Mi Koclok Mang Rasita paling enak, saya menghabiskan satu posrsi Mi Koclok sebagai sarapan yang kesiangan,”tuturnya.
Akirnya, Rudianto pada Minggu, 30 Juli 2023 menghabiskan satu Porsi Mi Koclok Bu Ijah di Jl. Lawanggada Cirebon.
“Saya sudah membeli 3 porsi Mi Koclok dan memakan 2 porsi Mi Koclok dalam 26 tahun,”kata Rudianto Ade.(*).