CirebonShare.com – Cirebon, 1 Agustus 2025 – Upaya Pemerintah Kota Cirebon dalam menekan angka stunting terus menunjukkan hasil yang menggembirakan. Berdasarkan data terkini tahun 2024, prevalensi stunting berhasil ditekan menjadi 14,9 persen. Ini merupakan penurunan signifikan dibandingkan dengan angka 30,6 persen yang tercatat pada tahun 2021.
Penurunan angka stunting ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Percepatan, Pencegahan, dan Penurunan Stunting (P3S) yang digelar di Aula Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Cirebon, Kamis (31/7/2025).
Pencapaian tersebut tidak hanya menjadi bukti keberhasilan program jangka pendek, tetapi juga sekaligus menjadi momentum penting dalam mengejar target nasional penurunan angka stunting hingga 5 persen pada tahun 2045.
Upaya Terstruktur dan Kolaboratif
Ketua P3S Kota Cirebon yang juga menjabat sebagai Wakil Walikota Cirebon, Hj Siti Farida Rosmawati SPdI, menegaskan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras dan kolaborasi dari berbagai pihak. Penanganan stunting bukan hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi juga membutuhkan sinergi lintas sektor termasuk dunia pendidikan, sektor swasta, lembaga sosial, dan tentunya masyarakat.
Dalam paparannya, ia menyampaikan bahwa program-program yang dilaksanakan dalam kurun 2021–2024 telah menunjukkan hasil nyata. Namun, ia mengingatkan bahwa perjuangan belum selesai.
“Kita tidak boleh lengah. Target nasional adalah menurunkan angka stunting hingga 5 persen di tahun 2045. Ini tugas besar yang harus dilanjutkan dengan semangat dan konsistensi,” ujar Siti Farida dalam sambutannya.
Langkah Kota Cirebon dalam menerapkan Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (Stranas) 2024–2029 mendapat perhatian khusus. Strategi tersebut menitikberatkan pada penguatan sumber daya manusia, peningkatan kualitas pendidikan gizi, dan pencegahan sejak dini.
Intervensi Sejak 1.000 Hari Pertama Kehidupan
Kepala DP3APPKB Kota Cirebon, Suwarso Budi Winarno, dalam kesempatan yang sama menjelaskan bahwa upaya pencegahan stunting harus dimulai sejak awal kehidupan manusia. Fokus utamanya adalah pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
Menurutnya, pendekatan ini terbukti efektif dalam mencegah terjadinya kekurangan gizi kronis yang dapat menghambat tumbuh kembang anak.
“Kami mendorong intervensi pada calon pengantin, ibu hamil, hingga remaja putri. Ini adalah investasi masa depan. Perubahan tidak bisa dilakukan hanya di hilir, kita harus mulai dari hulu,” jelas Suwarso.
Langkah ini sejalan dengan arahan nasional untuk memperkuat pendekatan pencegahan, bukan hanya penanganan kasus yang sudah terjadi.
Peran Strategis Swasta dan Akademisi
Salah satu kekuatan program P3S di Kota Cirebon adalah keterlibatan aktif dari sektor swasta dan perguruan tinggi. Perusahaan-perusahaan seperti Asia Toserba dan Japfa Comfeed turut serta dalam kampanye gizi seimbang, penyediaan makanan tambahan, serta penyuluhan di berbagai komunitas.
Kontribusi mereka memberikan contoh nyata bahwa penanganan stunting tidak bisa hanya mengandalkan dana pemerintah. Dunia usaha memiliki posisi strategis dalam mempercepat perubahan sosial dan perilaku masyarakat.
Selain itu, keterlibatan para akademisi turut memberikan dukungan dalam bentuk riset, pendampingan program, dan evaluasi lapangan secara berkala. Kolaborasi ini memperkuat dasar ilmiah dari setiap kebijakan yang diambil.
Enam Pilar Percepatan Stunting 2025
Memasuki tahun 2025, Pemerintah Kota Cirebon mulai menerapkan pendekatan berbasis enam pilar percepatan penurunan stunting. Enam pilar ini telah dirancang untuk menjawab tantangan multidimensi dalam penanganan stunting, yaitu:
- Komitmen dan Visi Kepemimpinan
- Kampanye Nasional Perubahan Perilaku
- Konvergensi Program di Tingkat Pusat dan Daerah
- Ketahanan Pangan dan Gizi
- Pemantauan dan Evaluasi
- Penguatan Regulasi dan Kelembagaan
Pilar-pilar tersebut akan menjadi panduan bagi semua instansi dan pemangku kepentingan di Kota Cirebon dalam menyusun dan mengimplementasikan rencana kerja masing-masing.
Perubahan Perilaku Jadi Kunci
Selain upaya struktural dan intervensi medis, perubahan perilaku masyarakat menjadi faktor krusial. Dalam beberapa studi lapangan yang dilakukan oleh tim DP3APPKB, ditemukan bahwa rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi anak masih menjadi penghambat utama.
Untuk itu, kampanye edukatif yang komunikatif dan berkelanjutan terus digencarkan. Mulai dari pemanfaatan media sosial, penyuluhan di posyandu, hingga pelatihan kader kesehatan.
Suwarso menegaskan bahwa kampanye yang berhasil adalah kampanye yang mampu membentuk kebiasaan baru, bukan sekadar menginformasikan.
“Kita tidak bisa hanya menyuruh masyarakat makan bergizi, tetapi harus menunjukkan bagaimana mereka bisa mendapatkan dan mengolah makanan bergizi dengan sumber daya yang tersedia,” ujarnya.
Menghapus Stigma dan Membangun Harapan
Masih ada stigma sosial terhadap anak-anak yang mengalami stunting, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kondisi psikologis dan perkembangan sosial mereka. Oleh karena itu, program pencegahan stunting di Kota Cirebon juga diarahkan untuk menghapus stigma tersebut dan menggantinya dengan narasi harapan.
Melalui forum-forum warga, diskusi komunitas, dan program edukatif di sekolah-sekolah, anak-anak didorong untuk mengenal pentingnya pola hidup sehat sejak dini. Di sisi lain, orang tua diberikan pemahaman bahwa stunting bukanlah kutukan, melainkan kondisi yang dapat dicegah dan ditangani.
Dukungan Penuh Pemerintah Daerah
Pemerintah Kota Cirebon telah menetapkan penurunan stunting sebagai prioritas dalam agenda pembangunan daerah. Hal ini tercermin dalam alokasi anggaran yang terus meningkat, serta penguatan fungsi monitoring dan evaluasi di lapangan.
Selain itu, aparat kelurahan dan kecamatan diberi pelatihan khusus agar mampu menjadi fasilitator dalam pelaksanaan program di wilayah masing-masing.
Walikota dan Wakil Walikota juga secara berkala melakukan kunjungan ke lokasi-lokasi dengan angka stunting tinggi untuk memastikan bahwa program berjalan sesuai rencana.
Menuju 2045: Generasi Emas Tanpa Stunting
Tahun 2045 menjadi momen penting bagi Indonesia yang diproyeksikan mencapai puncak bonus demografi. Jika stunting tidak dikendalikan sejak sekarang, maka potensi generasi muda Indonesia bisa terganggu.
Kota Cirebon, dengan segala keterbatasan dan tantangannya, tetap menunjukkan tekad kuat untuk ikut mencetak generasi emas yang sehat, cerdas, dan kompetitif. Penurunan angka stunting menjadi indikator utama dari keberhasilan pembangunan sumber daya manusia di tingkat lokal.
Kesimpulan
Penurunan angka stunting di Kota Cirebon menjadi bukti nyata bahwa dengan strategi yang tepat, kolaborasi lintas sektor, dan keberpihakan pada rakyat kecil, persoalan kompleks seperti stunting bisa ditangani secara efektif.
Namun, jalan menuju target 5 persen di tahun 2045 masih panjang. Diperlukan konsistensi, inovasi, dan evaluasi yang berkelanjutan. Lebih dari sekadar pencapaian angka, ini adalah soal masa depan peradaban.
Kota Cirebon kini tidak hanya menjadi contoh keberhasilan lokal, tetapi juga menjadi bagian penting dari gerakan nasional dalam membangun Indonesia yang lebih sehat dan berdaya.
BACA JUGA : Bantuan Pangan Cirebon: Babinsa Awasi Distribusi Beras
BACA JUGA : Babinsa Sunyaragi Semprot Hama Padi Demi Ketahanan Pangan


















