CirebonShare.com – Cirebon, 5 September 2025 – Cerita Sarli bocah yatim piatu kembali menyentuh hati masyarakat. Di Desa Kemlaka Gede, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, seorang anak perempuan berusia tujuh tahun bernama Sarli hidup dengan berbagai keterbatasan yang tidak ringan.
Sarli, yang sejak lahir sudah menghadapi ujian berat, kini tinggal bersama kakek dan neneknya yang sudah lanjut usia. Meski serba terbatas, kasih sayang keduanya menjadi satu-satunya kekuatan agar cucu mereka tetap bertahan. Kisah hidup Sarli menjadi potret nyata perjuangan keluarga kecil yang terus berusaha di tengah keterbatasan ekonomi, kesehatan, dan usia.
Awal Kehidupan yang Penuh Cobaan
Sarli lahir dengan kondisi medis yang sangat jarang terjadi. Ia terlahir tanpa anus, sehingga sejak bayi harus menjalani operasi besar untuk memperbaiki saluran pencernaannya. Berat badannya pun hanya sedikit di atas dua kilogram saat lahir, membuatnya sangat rentan terhadap berbagai penyakit.
Operasi yang dilakukan sejak awal kehidupannya ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Namun, perjalanan medisnya tidak berhenti sampai di situ. Kondisi tubuhnya yang lemah membutuhkan perhatian ekstra. Keluarga pun harus bolak-balik ke rumah sakit, sesuatu yang tidak mudah mengingat keterbatasan ekonomi mereka.
Bagi sebagian orang, cobaan di awal kehidupan mungkin cukup berat. Tetapi bagi Sarli, perjalanan panjang itu masih terus berlanjut dengan ujian-ujian lain yang datang kemudian.
Kecelakaan yang Mengubah Segalanya
Saat usianya mulai beranjak balita, Sarli mengalami kecelakaan yang berdampak besar pada hidupnya. Ia terpeleset, sebuah kejadian yang mungkin terlihat sepele, namun berujung pada kelumpuhan. Dampaknya lebih serius karena menjalar hingga ke saraf otaknya.
Sejak saat itu, Sarli kehilangan kemampuan berbicara. Ia hanya bisa berkomunikasi melalui tangisan atau menggelengkan kepala saat merasakan sakit. Dunia yang seharusnya ceria bagi anak-anak seusianya, berubah menjadi keterbatasan dalam mengungkapkan perasaan dan kebutuhan.
Hidup Bersama Kakek dan Nenek
Kini, kehidupan sehari-hari Sarli bergantung sepenuhnya pada kasih sayang kakek dan neneknya. Kedua orang tua kandungnya sudah tiada, menjadikan Sarli seorang yatim piatu di usia yang sangat muda.
Kakek dan neneknya yang sudah sepuh tidak lagi bekerja. Namun, mereka tetap berusaha semampunya untuk memenuhi kebutuhan cucu mereka. Popok sekali pakai, minyak kayu putih, dan makanan bergizi menjadi kebutuhan utama yang tidak selalu bisa terpenuhi. Dalam kondisi keuangan yang terbatas, mereka sering kali mengurangi kebutuhan mereka sendiri demi Sarli.
Kehidupan sederhana di rumah mereka berjalan dengan segala keterbatasan. Meski begitu, perhatian dan kasih sayang tidak pernah berkurang.
Suara dari Penggiat Sosial
Menurut Tasripin, seorang penggiat sosial di Cirebon, Cerita Sarli bocah yatim piatu adalah gambaran nyata bagaimana anak dengan kondisi istimewa membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak.
“Selama ini keluarga Sarli berjuang dengan kondisi apa adanya. Mereka berusaha semampunya, meskipun tidak mudah. Situasi ini tentu membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak agar beban yang ditanggung tidak semakin berat,” ujar Tasripin.
Tasripin menambahkan bahwa Sarli membutuhkan perawatan medis berkelanjutan. Selain itu, kebutuhan sehari-hari juga tidak boleh diabaikan. Tanpa bantuan dari pihak luar, keluarga ini akan terus menghadapi kesulitan yang sama.
Apresiasi Terhadap Pemerintah Daerah
Dalam beberapa kesempatan, perhatian dari pemerintah daerah sudah diberikan. Menurut Tasripin, Bupati Cirebon dan Kepala Dinas Kesehatan telah menaruh perhatian pada kondisi Sarli. Namun, keterbatasan ekonomi keluarga tetap menjadi tantangan utama.
“Kami berharap ada perhatian lebih kepada Sarli dan keluarganya. Walaupun sudah ada BPJS, namun karena keterbatasan kondisi ekonomi keluarganya, jadi untuk ke tempat layanan kesehatan juga susah,” ungkapnya.
Perhatian yang diberikan pemerintah memang menjadi bentuk kepedulian. Namun, kesinambungan bantuan, baik dari masyarakat maupun lembaga sosial, sangat dibutuhkan.
Kebutuhan yang Mendesak
Melihat kondisi Sarli, ada beberapa kebutuhan yang masih harus dipenuhi setiap hari. Kebutuhan itu antara lain:
- Popok sekali pakai – yang harus dipakai setiap hari.
- Asupan gizi tambahan – agar tumbuh kembangnya tetap terjaga meski terbatas.
- Perawatan kesehatan rutin – yang memerlukan biaya transportasi ke rumah sakit.
- Pendampingan psikososial – bagi kakek dan neneknya yang harus terus menjaga kondisi emosional mereka.
Semua kebutuhan itu menjadi tanggung jawab keluarga yang kondisi ekonominya sangat terbatas.
Gotong Royong dan Kepedulian Sosial
Kisah Sarli mengingatkan masyarakat tentang pentingnya nilai gotong royong. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak semua keluarga mampu menghadapi beban hidup seorang diri. Dukungan dari tetangga, masyarakat desa, hingga organisasi sosial sangat berarti.
Beberapa warga sekitar Desa Kemlaka Gede sudah berupaya membantu, meski dengan kemampuan masing-masing. Namun, kebutuhan Sarli yang cukup besar tentu tidak bisa hanya bergantung pada lingkup kecil. Diperlukan perhatian lebih luas dari banyak pihak.
Potret Anak dengan Keterbatasan
Cerita Sarli bocah yatim piatu bukan hanya tentang satu keluarga di Cirebon, tetapi juga menjadi cermin bagi banyak anak lain yang hidup dengan keterbatasan serupa. Anak-anak dengan kondisi kesehatan khusus membutuhkan dukungan yang tidak hanya bersifat medis, tetapi juga sosial dan emosional.
Dalam konteks yang lebih luas, kasus Sarli menjadi pengingat pentingnya akses kesehatan yang mudah dijangkau, program bantuan sosial yang tepat sasaran, dan perhatian terhadap kelompok rentan di masyarakat.
Harapan untuk Masa Depan
Meski penuh keterbatasan, kakek dan nenek Sarli tetap menyimpan harapan. Mereka ingin cucunya tetap mendapatkan kehidupan yang layak. Mereka tidak meminta lebih, hanya berharap ada perhatian agar kebutuhan dasar cucunya dapat terpenuhi.
Harapan itu juga disuarakan oleh banyak penggiat sosial di Cirebon. Mereka berharap agar kisah ini menjadi perhatian publik dan menggugah kepedulian.
Kesimpulan
Kisah Cerita Sarli bocah yatim piatu adalah potret perjuangan hidup di tengah keterbatasan. Sejak lahir, ia sudah menghadapi ujian berat, mulai dari kondisi medis bawaan, kecelakaan yang membuatnya lumpuh, hingga kehilangan kedua orang tua. Kini, di bawah asuhan kakek dan neneknya yang sudah lanjut usia, ia terus bertahan.
Perhatian pemerintah daerah, masyarakat, dan lembaga sosial menjadi harapan besar agar beban keluarga Sarli tidak semakin berat. Kisah ini mengingatkan kita semua akan pentingnya kepedulian, gotong royong, dan dukungan kepada mereka yang hidup dengan keterbatasan.
BACA JUGA : 3 Remaja Cirebon Jadi Tersangka Jelang Demo di Majalengka
BACA JUGA : Pelindo Dukung Pencegahan Stunting Lewat Seminar Parenting


















