CirebonShare.com – Cirebon, 12 Oktober 2025 – Gerakan Sambung Beras Dhuafa menggugah kembali semangat kepedulian sosial di Desa Bodesari, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon. Rumah Amal Bodesari menggelar kegiatan sosial yang membawa harapan baru bagi masyarakat di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu.
Sejak pagi, halaman Masjid Usisa Ala Taqwa tampak ramai oleh para relawan yang datang dengan penuh semangat. Mereka menurunkan karung beras dari mobil, menata tenda, dan menyiapkan meja pendataan. Suasana kebersamaan terlihat dari senyum para relawan dan antusiasme warga yang sudah menunggu sejak pukul tujuh pagi.
Kebersamaan Membangun Harapan
Gerakan Sambung Beras Dhuafa hadir karena kepedulian tidak boleh berhenti, bahkan di tengah keterbatasan. Rumah Amal Bodesari berkomitmen memperkuat solidaritas sosial melalui aksi nyata yang menyentuh masyarakat secara langsung.
Program ini berangkat dari keinginan sederhana: menyalurkan beras kepada warga dhuafa yang kesulitan memenuhi kebutuhan pokok harian. Meski sederhana, semangat yang tumbuh di balik kegiatan ini mampu menciptakan kekuatan besar di tengah masyarakat.
“Alhamdulillah, kegiatan hari ini berjalan lancar. Warga datang dengan tertib dan penuh semangat. Semoga Gerakan Sambung Beras Dhuafa bisa terus berjalan istiqomah,” ujar Aldi, pengurus Rumah Amal Bodesari.
Aldi menegaskan bahwa kegiatan tersebut tidak hanya sekadar penyaluran bantuan, tetapi juga gerakan untuk menanamkan nilai kebersamaan. Menurutnya, setiap kegiatan sosial memerlukan niat tulus dan ketulusan hati agar manfaatnya dapat terasa luas.
Antusiasme Warga di Tengah Kondisi Ekonomi yang Sulit
Warga Desa Bodesari menyambut kegiatan ini dengan antusias. Banyak warga datang lebih awal untuk ikut membantu persiapan. Para ibu membawa anak-anak mereka, sementara para lansia datang dengan sabar menunggu giliran.
Bagi sebagian besar penerima manfaat, beras yang dibagikan sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan harian. Kondisi ekonomi yang belum stabil membuat bantuan semacam ini terasa sangat berarti.
“Saya merasa sangat terbantu. Harga beras naik terus, sedangkan penghasilan tidak menentu. Bantuan ini membuat saya lega,” ujar Ibu Sarmi (52), warga Desa Bodesari, dengan senyum penuh rasa syukur.
Rasa syukur tampak jelas di wajah para penerima manfaat. Mereka tidak hanya menerima bantuan beras, tetapi juga mendapatkan semangat baru untuk tetap tegar menghadapi kehidupan.
Gotong Royong Menjadi Kekuatan Utama
Rumah Amal Bodesari mengandalkan kekuatan gotong royong dalam setiap kegiatan sosialnya. Para relawan bekerja bersama tanpa pamrih. Mereka menyalurkan tenaga dan waktu dengan penuh tanggung jawab.
“Kami ingin menunjukkan bahwa masyarakat bisa kuat jika saling peduli. Gotong royong menjadi nilai yang harus terus dijaga,” ujar Siti Nurjanah, koordinator lapangan Rumah Amal Bodesari.
Siti menegaskan bahwa lembaganya selalu memastikan setiap donasi tersalurkan dengan amanah dan tepat sasaran. Setiap karung beras berasal dari para donatur yang mempercayakan sedekah mereka kepada Rumah Amal Bodesari. Proses distribusi dilakukan dengan terbuka dan disaksikan langsung oleh warga setempat.
Kegiatan tersebut tidak hanya memperkuat tali silaturahmi antarwarga, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga sosial yang bekerja dengan prinsip transparansi.
Nilai Humanisasi, Liberasi, dan Transendensi
Rumah Amal Bodesari selalu berpegang pada tiga nilai utama dalam setiap langkah sosialnya: humanisasi, liberasi, dan transendensi.
Humanisasi mengajarkan bahwa setiap manusia berhak mendapat perlakuan yang layak dan penuh empati.
Liberasi berarti membebaskan masyarakat dari keterbatasan dan ketergantungan.
Transendensi menjadi pengingat bahwa setiap tindakan baik adalah bentuk ibadah dan ketaatan kepada Tuhan.
“Kami menyalurkan beras, tetapi sesungguhnya kami juga menyalurkan nilai-nilai kemanusiaan. Itulah tujuan utama dari setiap kegiatan kami,” kata Aldi dengan penuh keyakinan.
Nilai-nilai itu tidak hanya tertulis di spanduk, tetapi benar-benar hidup dalam setiap kegiatan yang Rumah Amal Bodesari jalankan. Para relawan memahami bahwa aksi sosial bukan sekadar amal, melainkan cara untuk menjaga keseimbangan sosial dan spiritual.
Partisipasi Pemuda dan Relawan
Kegiatan Gerakan Sambung Beras Dhuafa juga menarik perhatian banyak relawan muda. Mereka datang dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa, pekerja, hingga masyarakat sekitar yang ingin ikut berbagi kebaikan.
Rizky (22), relawan muda asal Plumbon, mengaku bangga dapat terlibat.
“Saya merasa senang bisa ikut berbuat sesuatu yang bermanfaat. Rasanya berbeda ketika kita bisa melihat langsung senyum warga yang terbantu,” ujarnya.
Relawan lain, Dewi (30), menilai bahwa kegiatan seperti ini mampu menanamkan nilai tanggung jawab sosial di kalangan generasi muda.
“Kita harus terus menularkan semangat berbagi kepada anak muda. Dengan begitu, budaya peduli tidak akan punah,” katanya.
Sinergi Masjid dan Lembaga Sosial
Masjid Usisa Ala Taqwa menjadi pusat kegiatan sekaligus simbol kolaborasi antara lembaga sosial dan keagamaan. Takmir masjid, H. Rahman, menyampaikan dukungan penuh terhadap kegiatan tersebut.
“Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial. Kami selalu membuka pintu bagi kegiatan seperti ini,” ujarnya.
Kolaborasi itu memperkuat posisi masjid sebagai tempat yang menyatukan umat, baik dalam ibadah maupun kepedulian sosial. Dukungan dari tokoh agama dan masyarakat membuat kegiatan berlangsung lancar dan berkesan.
Kemandirian Sebagai Tujuan Akhir
Rumah Amal Bodesari tidak berhenti pada kegiatan berbagi beras. Lembaga ini menyiapkan program lanjutan berupa pelatihan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya menerima bantuan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mandiri. Kami berencana mengadakan pelatihan usaha rumahan dan keterampilan produktif,” jelas Siti Nurjanah.
Melalui program lanjutan ini, Rumah Amal Bodesari berharap dapat membantu masyarakat dhuafa meningkatkan taraf hidup. Mereka ingin setiap warga memiliki peluang untuk berkembang dan berdaya secara ekonomi.
Suasana Hangat dan Penuh Makna
Suasana kegiatan berlangsung hangat dari awal hingga akhir. Para relawan membantu membagikan beras, sementara warga saling mengucap terima kasih. Anak-anak berlari di sekitar masjid sambil tertawa, menambah semarak suasana.
Di sela kegiatan, panitia juga menyampaikan tausiyah singkat tentang pentingnya berbagi dan menjaga solidaritas. Setiap peserta mendengarkan dengan khidmat. Nilai spiritual berpadu dengan nilai sosial dalam satu kegiatan yang penuh berkah.
“Kegiatan ini bukan hanya tentang beras, tetapi tentang kebersamaan. Kita belajar untuk saling memperhatikan satu sama lain,” ujar Aldi sebelum kegiatan ditutup dengan doa bersama.
Langkah Kecil yang Menggerakkan Banyak Hati
Gerakan Sambung Beras Dhuafa membuktikan bahwa langkah kecil dapat membawa dampak besar. Kegiatan sederhana di Desa Bodesari mampu menginspirasi banyak pihak untuk ikut menebar kebaikan.
Rumah Amal Bodesari berencana memperluas kegiatan ke kecamatan lain di Kabupaten Cirebon. Mereka terus membuka ruang bagi siapa pun yang ingin menjadi bagian dari gerakan kebaikan ini.
“Kami percaya, kebaikan tidak pernah berhenti. Selama ada niat, gerakan ini akan terus hidup dan berkembang,” ujar Aldi menutup kegiatan dengan senyum optimis.
Semangat yang Terus Menyala
Kegiatan Gerakan Sambung Beras Dhuafa menegaskan bahwa kepedulian sosial masih hidup di tengah masyarakat Cirebon. Rumah Amal Bodesari tidak hanya menyalurkan bantuan, tetapi juga menyalakan harapan dan memperkuat hubungan kemanusiaan.
Semangat para relawan, ketulusan para donatur, dan rasa syukur warga penerima manfaat membentuk harmoni yang indah. Kegiatan ini bukan akhir, tetapi awal dari gerakan besar untuk menumbuhkan kembali budaya gotong royong di Cirebon.
Rumah Amal Bodesari berkomitmen melanjutkan langkah ini dengan konsisten. Mereka percaya, selama manusia mau peduli, kesejahteraan sosial akan tumbuh dengan kuat.
BACA JUGA : Pemotongan TKD Jawa Barat, Dedi Mulyadi Fokus Efisiensi Anggaran
BACA JUGA : Razia Lapas Cirebon Tegas Buru Pelanggar Hukum


















