CirebonShare.com – Pabedilan, 17 November 2025 – Jembatan ambrol Cirebon Timur kembali memicu kegelisahan warga setelah struktur di Desa Babakan Losari Lor runtuh pada salah satu sisi dinding penahan dan mengganggu aktivitas masyarakat yang setiap hari melintasi jalur tersebut. Warga berharap jembatan ini tahan lama karena mereka sudah lama menanti akses yang aman, namun kerusakan terbaru mengubah optimisme menjadi kekhawatiran berkepanjangan.
Jembatan sepanjang 230 meter dan lebar 1,8 meter itu berfungsi sebagai jalur vital bagi dua desa di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Masyarakat Babakan Losari Lor, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, serta Babakan Losari, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, memanfaatkan jembatan untuk bekerja, mengirim hasil pertanian, mengantar anak sekolah, menjalankan perdagangan kecil, dan mengunjungi keluarga. Kehadiran jembatan mengubah kehidupan warga sejak peresmian pada Agustus 2025, tetapi kini fungsi itu terganggu oleh kerusakan yang muncul hanya beberapa bulan setelah dibuka.
Kondisi ambrol pada sisi penyangga menuntut warga menutup jalur demi keselamatan. Pengalihan rute memaksa masyarakat menempuh perjalanan lebih jauh dan menambah biaya serta waktu. Dampak sosial dan ekonomi itu membuat warga mengharapkan penanganan cepat dan pemeriksaan teknis yang mendetail dari pihak terkait.
Peresmian yang Mengundang Perhatian
Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) Kementerian PUPR meresmikan jembatan ini pada Sabtu, 23 Agustus 2025. Pada hari itu, para pejabat hadir untuk menunjukkan dukungan terhadap proyek yang mereka anggap meningkatkan konektivitas antara dua desa yang sebelumnya terpisah Sungai Cisanggarung. Bupati Cirebon H. Imron, Ketua DPRD Kabupaten Cirebon Shopi Zulfia, dan anggota DPR RI H. Dedi Wahidi tampil dalam acara tersebut. Letkol Inf Mohammad Yusron selaku Dandim 0620 juga ikut hadir bersama jajaran Forkopimda Kabupaten Cirebon.
Dalam peresmian, pejabat daerah menekankan manfaat jembatan untuk mempersingkat waktu tempuh, mengurangi ketergantungan pada perahu tradisional, dan membuka peluang ekonomi baru. Warga menyambut peresmian itu dengan harapan tinggi karena akses baru itu memudahkan aktivitas harian dan memotong jarak tempuh yang sebelumnya merepotkan.
Beberapa bulan pasca peresmian, warga mulai mempertanyakan proses pelaksanaan proyek. Kecepatan timbulnya kerusakan menuntut klarifikasi mengenai pengawasan lapangan, kualitas material, serta kesesuaian metode pengerjaan dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan.
Ambrolnya Struktur dan Temuan Lapangan
Kerusakan muncul pada salah satu sisi dinding penahan tanah yang terletak di tepi jembatan. Warga menemukan pasangan batu kali pada permukaan dinding, tetapi lapisan dalamnya berisi urugan tanah tanpa penguat struktural yang memadai. Kondisi tersebut memicu retakan ketika air meresap, lalu berlanjut menjadi runtuhnya bagian dinding.
Yusuf, warga Babakan Losari Lor, mengecek kondisi jembatan pada pagi setelah kejadian. Ia menemukan lubang besar pada sisi dinding. Menurut Yusuf, struktur bagian dalam tidak memakai lapisan penahan tambahan sehingga urugan tanah mudah tererosi.
“Sepertinya waktu kejadiannya tadi malam, untuk waktunya saya tidak tahu,” kata Yusuf kepada wartawan, Minggu (16/11/2025). Yusuf menambahkan bahwa pada malam kejadian tidak turun hujan deras dan Sungai Cisanggarung tidak meluap. Kondisi itu menambah kekhawatiran sebab kerusakan muncul saat kondisi cuaca relatif normal.
Yusuf menjelaskan pendapatnya: air hujan yang meresap ke dalam urugan akan mengikis tanah hingga mengurangi daya topang dinding. “Untuk dindingnya itu cuma pasangan batu, di bagian dalamnya cuma urugan tanah. Ketika hujan air meresap ke dalam dan mengakibatkan retakan kemudian ambruk,” ujar dia.
Observasi warga seperti Yusuf mendorong tuntutan pemeriksaan teknis agar pihak berwenang dapat memastikan penyebab ambrolnya struktur secara faktual.
Penutupan Jembatan dan Dampak Langsung pada Warga
Setelah warga menemukan kerusakan, masyarakat memasang penghalang sementara berupa kayu dan pita untuk menutup akses demi menghindari kecelakaan. Penutupan itu membuat aktivitas harian warga terganggu. Pelajar, pedagang, petani, dan pekerja harus mencari jalur alternatif yang memakan waktu lebih lama.
Sebelum kerusakan, jembatan kerap menjadi tempat berkumpul warga dan lokasi foto karena pemandangan sungai dan sawah menarik. Akibat kerusakan, warga meminta pengunjung menjauh agar tidak terjadi insiden fatal.
Ibu-ibu desa harus berangkat lebih pagi untuk mengantar anak ke sekolah lewat jalur memutar. Petani menanggung biaya tambahan saat mengangkut hasil panen ke pasar. Pedagang kecil yang rutin bolak-balik antar desa kini kesulitan menjaga ketersediaan barang dagangan. Pekerja yang melintasi jembatan untuk ke tempat kerja khawatir keterlambatan memengaruhi pekerjaan mereka.
Dampak ekonomi itu terasa nyata di pasar lokal, di mana volume distribusi menurun dan beberapa pedagang mengeluhkan penurunan pendapatan harian. Himpitan biaya dan waktu menambah beban rumah tangga yang bergantung pada akses cepat antar desa.
Permintaan Transparansi dan Pemeriksaan Teknis
Warga meminta pemerintah daerah dan pihak pelaksana proyek turun langsung melakukan pemeriksaan. Mereka menuntut hasil pemeriksaan disampaikan secara terbuka agar masyarakat memahami langkah perbaikan yang akan dijalankan. Karena proyek itu memakai anggaran publik, warga menegaskan perlu ada audit teknis supaya akar masalah tidak sekadar ditutup.
Pemeriksaan yang warga minta harus meliputi:
- Inspeksi fondasi untuk memastikan kedalaman dan kestabilan pondasi.
- Evaluasi kualitas pasangan batu kali dan metode pemasangan.
- Penilaian komposisi urugan tanah serta kebutuhan penguatan material pada dinding penahan.
- Pemeriksaan sistem drainase agar air tidak meresap ke struktur penyangga.
- Uji laboratorium terhadap sampel material bila perlu.
Tim teknis yang independen perlu meneliti faktor desain dan konstruksi serta memastikan bahwa standar keselamatan terpenuhi sebelum pihak terkait membuka kembali jembatan untuk umum.
Potensi Risiko Jika Tidak Ditangani Segera
Warga mengingatkan bahwa jika pihak berwenang menunda penanganan, risiko kerusakan akan meluas, terutama saat musim hujan atau ketika debit Sungai Cisanggarung naik. Kejadian ambrol yang muncul pada kondisi cuaca normal memberi sinyal bahwa struktur memerlukan perbaikan menyeluruh.
Akibat penundaan perbaikan, warga menghadapi kemungkinan:
- Kerusakan tambahan pada bagian lain jembatan akibat redistribusi beban.
- Gangguan akses yang berkepanjangan hingga memaksa penggunaan jalur alternatif jauh lebih lama.
- Kerugian ekonomi jangka pendek yang bisa berkembang menjadi masalah sosial bila distribusi barang terus terganggu.
- Potensi kecelakaan jika warga mengabaikan peringatan dan tetap memakai jalur yang tidak aman.
Karena itu, warga berharap pemerintah daerah segera memprioritaskan rekonstruksi dan penguatan struktur untuk mencegah dampak lebih luas.
Catatan Teknis Sementara dan Rekomendasi Awal
Berdasarkan pengamatan awal warga dan gambaran lapangan, beberapa rekomendasi cepat muncul:
- Pasang rambu peringatan dan penghalang permanen sementara untuk mencegah akses pejalan kaki.
- Lakukan survei geoteknik pada area pondasi untuk mengetahui kondisi tanah dasar.
- Perkuat struktur dinding penahan dengan material yang sesuai, misalnya beton bertulang atau batu yang dipasang dengan mortar yang memenuhi standar.
- Perbaiki atau tambahkan saluran drainase agar air hujan tidak meresap di area urugan.
- Libatkan konsultan independen untuk audit kualitas pekerjaan konstruksi dan kepatuhan pada spesifikasi.
Langkah-langkah itu penting untuk meminimalkan risiko jangka pendek sambil menunggu hasil pemeriksaan menyeluruh.
Dampak Sosial-Ekonomi yang Terukur
Tim redaksi mewawancarai beberapa pedagang kecil dan petani setempat. Mereka menyatakan pengeluaran operasional meningkat akibat jalur memutar. Beberapa pedagang melaporkan penurunan omzet harian hingga puluhan persen sejak penutupan jembatan. Petani juga mengeluhkan biaya angkut yang naik karena truk harus memutar lewat jalur yang lebih jauh.
Seorang pedagang kelontong kecil menyatakan, “Saya harus pesan lebih sedikit barang karena ongkos kirim meningkat. Pelanggan juga berkurang karena orang malas menempuh jalur panjang.” Pernyataan ini menggambarkan tekanan ekonomi mikro yang berpotensi menimbulkan konsekuensi sosial jika tidak cepat ditangani.
Anak sekolah yang biasa menyeberang jembatan kini menempuh jalur lebih panjang, sehingga beberapa orang tua mengeluhkan waktu belajar anak yang berkurang karena perjalanan pagi yang melelahkan.
Harapan Warga dan Tuntutan Akuntabilitas
Masyarakat menginginkan perbaikan cepat dan transparan. Mereka berharap pihak-pihak yang terlibat menjelaskan tahapan perbaikan, jadwal kerja, serta jaminan mutu material. Warga juga mengharapkan keterlibatan tokoh setempat dalam pengawasan supaya proses perbaikan berjalan sesuai rencana.
Selain perbaikan fisik, warga berharap ada langkah pencegahan jangka panjang seperti:
- Penguatan pengawasan proyek infrastruktur di wilayah perbatasan.
- Peningkatan kapasitas sumber daya manusia lokal dalam pemeliharaan infrastruktur.
- Program mitigasi bencana lokal untuk menghadapi potensi luapan atau erosi sungai.
Tuntutan transparansi muncul karena proyek tersebut melibatkan anggaran publik dan memengaruhi kehidupan banyak orang. Warga menilai akuntabilitas menjadi kunci agar hasil perbaikan memberi manfaat jangka panjang.
Langkah Selanjutnya yang Diharapkan Masyarakat
Beberapa langkah konkrit yang warga minta agar segera dilaksanakan:
- Pemerintah daerah mengerahkan tim teknis lapangan dalam 1—3 hari kerja untuk inspeksi awal.
- DJBM dan kontraktor penyelenggara menyusun rencana perbaikan sementara dan jangka panjang.
- Pemerintah menjadwalkan sosialisasi publik mengenai langkah perbaikan, sumber dana, dan estimasi waktu penyelesaian.
- Bila ditemukan pelanggaran spesifikasi, lakukan audit dan, bila perlu, tindak administratif terhadap pihak kontraktor sesuai aturan yang berlaku.
Langkah-langkah ini dinilai warga sebagai bentuk respons yang memberi kepastian dan mengurangi keresahan publik.
Penutup
Ambrolnya bagian jembatan ini memberi pelajaran penting: kualitas pembangunan infrastruktur harus mendapat pengawasan ketat sejak tahap perencanaan hingga pasca-pembangunan. Warga Babakan Losari Lor dan Babakan Losari kini menunggu tindakan cepat dari pemerintah agar akses vital itu kembali aman dan berfungsi penuh.
Masyarakat berharap perbaikan berjalan transparan, melibatkan tim teknis berkualitas, dan memasang standar kontrol mutu yang ketat. Dengan langkah terukur, warga percaya jembatan yang sempat mengubah kehidupan mereka dapat kembali menjadi penghubung yang andal dan tahan lama.
BACA JUGA : Kasus Bank Cirebon di Bawah Pengawasan Kepala Kejari Baru
BACA JUGA : Siaga Bencana Alam Kota Cirebon

















