CirebonShare.com – CIREBON, 9 Juli 2025 – Kawasan Olahraga Bima di Kota Cirebon, yang semestinya menjadi ikon olahraga dan ruang publik sehat, kini justru berubah menjadi area yang menimbulkan keresahan. Minimnya penerangan di malam hari menjadikan kawasan tersebut rawan terhadap berbagai tindak kriminalitas hingga dugaan praktik prostitusi terselubung.
Kondisi ini telah berlangsung cukup lama, dan kini menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Cirebon. Banyak warga yang mulai enggan melintasi atau melakukan aktivitas di sekitar kawasan Bima saat malam tiba. Situasi gelap, sepi, dan kurangnya patroli pengamanan membuat area tersebut dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Minim Penerangan, Warga Merasa Tidak Aman
Keluhan masyarakat soal gelapnya kawasan olahraga Bima semakin meningkat. Mereka tidak hanya mengeluh lewat media sosial, tetapi juga secara langsung menyampaikan keresahannya kepada pihak kelurahan dan pemerintah kota. Tak jarang, masyarakat juga melaporkan aktivitas mencurigakan yang mereka lihat, seperti kelompok remaja yang mengkonsumsi minuman keras, hingga perempuan mencurigakan yang kerap berkeliaran di sekitar area parkir dan tribun.
“Kalau malam lewat situ, benar-benar gelap. Jalan kaki saja takut, apalagi kalau bawa anak. Pernah juga lihat orang mabuk duduk di bangku pinggir lapangan,”
— Yayan (41), warga Pegambiran
Kondisi ini membuat sebagian warga memilih memutar arah meski jarak tempuh lebih jauh, demi menghindari potensi kejadian yang tidak diinginkan. Bahkan, sebagian pedagang kaki lima yang biasanya berjualan malam hari memilih pindah lokasi karena menurunnya keramaian.
Tindak Cepat dari Pemerintah Kota
Menanggapi situasi tersebut, Walikota Cirebon Effendi Edo langsung menginstruksikan Dinas Perhubungan (Dishub) untuk segera mengambil langkah konkret. Langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjaga keamanan dan kenyamanan ruang publik, khususnya kawasan yang berpotensi besar dimanfaatkan masyarakat.
Andi Armawan, Kepala Dishub Kota Cirebon, memastikan bahwa pihaknya akan melakukan survei dan inventarisasi secepat mungkin untuk menentukan berapa banyak titik lampu penerangan jalan umum (PJU) yang dibutuhkan.
“Yang di Bima itu kawasannya gelap. Tadi Pak Wali meminta agar segera dilakukan penerangan. Sesuai arahan beliau, kami langsung bergerak. Besok kami mulai inventarisir titik-titik lampu yang dibutuhkan,”
— Andi Armawan, Kepala Dinas Perhubungan Kota Cirebon
Langkah awal ini akan menjadi fondasi perencanaan teknis pemasangan PJU, dengan tetap mempertimbangkan efektivitas lokasi, efisiensi anggaran, serta percepatan eksekusi di lapangan.
Dishub Fokus pada Titik Strategis
Menurut Andi, pihaknya memperkirakan akan ada sekitar 10 titik penerangan yang akan dipasang di kawasan tersebut. Namun angka itu masih bisa bertambah atau berkurang sesuai hasil survei di lapangan. Saat ini, Dishub menargetkan setidaknya lima titik prioritas yang akan menjadi pusat perhatian karena tingkat kerawanan tertinggi.
“Kami akan survei langsung untuk melihat kondisi faktual. Tidak bisa hanya berdasarkan laporan. Fokus pertama pada lima titik, lalu sisanya menyusul,”
— Andi Armawan
Titik-titik tersebut diperkirakan mencakup area pintu masuk, sisi tribun utama, jalur pedestrian selatan, kawasan parkir, dan jalan samping area kolam renang. Beberapa dari titik tersebut juga terpantau memiliki intensitas pergerakan orang yang tinggi saat malam hari.
Manfaat Penerangan Terhadap Keamanan
Pemasangan PJU memiliki dampak signifikan terhadap keamanan. Lampu jalan tidak hanya memudahkan visibilitas pengguna jalan, tetapi juga dapat mencegah terjadinya aktivitas ilegal. Kejahatan umumnya terjadi di lokasi yang gelap dan minim pengawasan. Dengan penerangan yang memadai, pelaku akan berpikir dua kali untuk melakukan aksinya.
Di kawasan olahraga seperti Bima, kehadiran PJU juga sangat penting untuk mendukung kegiatan masyarakat yang berolahraga di malam hari. Banyak warga, khususnya pekerja, yang hanya memiliki waktu di malam hari untuk berolahraga. Tanpa penerangan yang cukup, mereka enggan datang karena merasa terancam.
Prostitusi dan Aktivitas Negatif Jadi Perhatian
Salah satu persoalan paling serius yang menjadi perhatian pemerintah adalah dugaan praktik prostitusi di kawasan Bima. Aktivitas tersebut tidak hanya mencoreng citra ruang publik, tetapi juga berpotensi menimbulkan masalah sosial lain seperti penyalahgunaan narkoba, perkelahian antar kelompok, hingga kerusakan moral generasi muda.
Dishub menyebut bahwa laporan aktivitas tidak senonoh sudah diterima sejak beberapa bulan terakhir. Maka dari itu, pemerintah merasa perlu bertindak cepat dan langsung, bukan hanya dengan peningkatan pengawasan tetapi juga melalui intervensi infrastruktur seperti penerangan.
“Kita memang harus adakan penerangan di sekitar sana supaya tidak lagi terjadi hal-hal yang tadi malam banyak ditemukan saat razia. Misalnya, kumpulan anak-anak yang berbuat tidak benar, minuman keras, dan sebagainya,”
— Andi Armawan
Anggaran Disesuaikan, Efisiensi Jadi Prioritas
Salah satu tantangan yang dihadapi Dishub adalah ketersediaan anggaran. Untuk itu, Dishub berinisiatif memanfaatkan lampu-lampu stok yang masih tersedia di gudang. Dengan cara ini, pemasangan dapat dilakukan lebih cepat tanpa menunggu proses pengadaan baru yang memerlukan waktu dan proses administratif lebih panjang.
“Kami ingin secepatnya eksekusi, jadi kami coba lihat dulu apakah stok lampu yang ada bisa dimanfaatkan. Kalau bisa, tidak perlu beli baru. Ini untuk efisiensi,”
— Andi Armawan
Langkah efisiensi ini juga disambut positif oleh warga. Masyarakat berharap agar anggaran difokuskan pada hal-hal yang benar-benar mendesak dan berdampak langsung pada kehidupan mereka sehari-hari.
Respons Warga: Harapan akan Rasa Aman
Langkah cepat pemerintah ini mendapatkan sambutan positif dari berbagai kalangan. Banyak warga yang menyampaikan apresiasi karena pemerintah tanggap terhadap keresahan mereka.
“Akhirnya diperhatikan juga kawasan Bima. Soalnya tempat itu sekarang sudah beda, bukan seperti dulu. Kalau bisa secepatnya dipasang lampu, biar aman,”
— Dede (33), warga Harjamukti
Respons positif ini menjadi bukti bahwa komunikasi antara masyarakat dan pemerintah berjalan dengan baik. Partisipasi aktif dari warga diharapkan tetap berlanjut, baik dalam bentuk pengawasan maupun pelaporan bila terjadi hal-hal yang mencurigakan.
Langkah Selanjutnya: Eksekusi Cepat
Setelah survei dan inventarisasi selesai, Dishub menargetkan agar proses pemasangan dapat dimulai secepatnya. Pemasangan lampu PJU akan dilakukan bertahap, dengan menyesuaikan ketersediaan logistik serta kesiapan teknis di lapangan.
Dishub juga berkoordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan aparat kepolisian untuk mengefektifkan upaya pengamanan selama masa transisi ini. Patroli malam diperkuat di titik-titik rawan hingga pemasangan lampu selesai dilakukan.
Kawasan Bima dan Citra Kota
Kawasan Olahraga Bima bukan hanya sekadar tempat lari atau berolahraga. Lokasi ini memiliki sejarah panjang sebagai ikon olahraga dan titik strategis bagi kehidupan sosial warga Cirebon. Jika kawasan ini dibiarkan gelap dan tak terurus, maka citra kota juga akan tercoreng.
Upaya revitalisasi yang sudah pernah dilakukan beberapa tahun lalu kini kembali diuji. Pemerintah harus memastikan bahwa kawasan ini benar-benar menjadi tempat publik yang positif, bukan malah menjadi tempat gelap yang menakutkan.
Kesimpulan
Kawasan Olahraga Bima berada di titik kritis. Rawan tindak kriminalitas dan dugaan praktik prostitusi, kawasan ini butuh perhatian lebih. Pemerintah Kota Cirebon merespons dengan cepat melalui Dinas Perhubungan yang segera melakukan survei dan akan memasang lampu penerangan jalan umum di titik-titik strategis.
Partisipasi masyarakat juga sangat diperlukan. Tidak cukup hanya mengandalkan lampu dan aparat. Kesadaran kolektif dan rasa tanggung jawab bersama terhadap ruang publik adalah kunci agar kawasan olahraga benar-benar kembali menjadi tempat yang nyaman dan aman.


















