CirebonShare.com – 29 Juli 2025, Kuningan – Kebakaran lahan Kuningan kembali menyita perhatian publik. Kali ini, insiden terjadi di Desa Caracas, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Kebakaran itu dipicu oleh aktivitas membakar sampah rumah tangga yang tidak terkendali dan terbawa angin kencang. Akibatnya, lahan seluas 300 meter persegi hangus terbakar.
Kejadian tersebut menjadi peringatan serius bagi warga agar lebih waspada, terutama di musim kemarau yang kering dan rawan api. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, kebakaran tersebut menimbulkan kepanikan dan dampak kesehatan ringan bagi warga sekitar.
Tim Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Kuningan bergerak cepat dan berhasil memadamkan api dalam waktu relatif singkat. Kolaborasi antara petugas, aparat, dan warga menjadi kunci utama keberhasilan penanganan peristiwa ini. Kebakaran lahan Kuningan seperti ini harus menjadi pembelajaran bersama agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Kronologi: Dari Sampah Menjadi Api yang Menghanguskan Lahan
Peristiwa bermula dari niat sederhana seorang warga yang ingin membersihkan halaman belakang rumah dengan membakar sampah. Aktivitas yang terlihat sepele itu ternyata memicu bencana tak terduga. Saat api mulai menyala, angin berembus cukup kencang, sehingga percikan api menyambar ke arah kebun yang penuh vegetasi kering.
Vegetasi yang terbakar didominasi oleh batang bambu tali yang sebelumnya telah ditebang dan dibiarkan mengering. Karena mudah terbakar, api dengan cepat menjalar dan membesar, menghanguskan area sekitar 300 meter persegi.
“Angin berembus cukup kencang saat pembakaran dilakukan. Api lalu menjalar ke lahan bambu tali yang sudah ditebang dan menghanguskan area sekitar 300 meter persegi,” jelas Kepala UPT Damkar Satpol PP Kuningan, Andri Arga Kusumah.
Warga yang melihat kobaran api pun segera melapor ke Damkar Kuningan. Respons cepat dari petugas berperan penting dalam mencegah kebakaran meluas hingga ke permukiman.
Proses Pemadaman: Gerak Cepat yang Selamatkan Permukiman
Begitu menerima laporan, UPT Damkar Kabupaten Kuningan langsung mengerahkan satu unit kendaraan operasional jenis KR4 beserta lima personel pemadam. Tidak hanya tim pemadam, aparat dari Polsek dan Koramil Cilimus juga turut membantu, bersama dengan warga yang secara spontan ikut memadamkan api.
“Upaya pemadaman dilakukan selama 30 menit, bersama anggota Polsek dan Koramil Cilimus serta warga sekitar,” ungkap Andri.
Kerja sama lintas sektor ini menjadi salah satu bentuk sinergi nyata antara pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi situasi darurat. Meski hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam, upaya yang dilakukan tetap memerlukan strategi dan kehati-hatian tinggi, karena kondisi vegetasi yang kering dan cuaca panas sangat rawan memicu api kembali menyala.
Tidak Ada Korban Jiwa, Tapi Kepanikan Tak Terelakkan
Dalam kejadian tersebut, tidak dilaporkan adanya korban jiwa maupun luka berat. Namun, asap tebal yang membumbung tinggi sempat menyebabkan gangguan pernapasan ringan bagi beberapa warga, terutama anak-anak dan lansia.
“Tidak ada korban jiwa, tetapi asap sempat menyebabkan kepanikan dan gangguan pernapasan ringan bagi warga sekitar,” lanjut Andri.
Warga juga sempat panik karena api membakar lahan cukup dekat dengan permukiman. Mereka khawatir api akan menjalar ke rumah-rumah warga. Beberapa orang bahkan mengevakuasi anggota keluarganya ke lokasi yang lebih aman.
Musim Kemarau dan Ancaman Kebakaran Lahan
Musim kemarau memang dikenal sebagai masa paling rawan terjadinya kebakaran, baik di kawasan hutan, kebun, maupun lahan milik warga. Kelembapan udara yang rendah, ditambah suhu panas dan vegetasi kering, menciptakan kombinasi yang sangat mudah terbakar.
Fenomena El Nino yang terjadi tahun ini turut memperpanjang musim kemarau di wilayah Jawa Barat, termasuk Kuningan. Akibatnya, potensi kebakaran meningkat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Bahkan, menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kuningan, sejak awal Juli 2025, sudah terjadi lebih dari 10 kasus kebakaran kecil hingga sedang yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran sampah dan kebocoran gas.
Imbauan Damkar: Waspadai Aktivitas yang Picu Api
Merespons insiden tersebut, Damkar Kuningan mengeluarkan imbauan resmi kepada seluruh masyarakat agar tidak membakar sampah di lahan terbuka, terutama saat angin bertiup kencang. Selain itu, masyarakat juga diminta lebih memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, termasuk memotong semak-semak kering yang berpotensi menjadi bahan bakar api.
“Kami minta warga benar-benar waspada. Jangan membakar sampah sembarangan, apalagi di dekat lahan yang mudah terbakar. Api kecil bisa cepat membesar jika tertiup angin,” tegas Andri.
Imbauan tersebut tidak hanya ditujukan kepada individu, tetapi juga kepada pemerintah desa agar lebih aktif melakukan edukasi dan patroli lingkungan.
Edukasi Masyarakat: Pencegahan Lebih Baik daripada Pemadaman
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kebakaran lahan adalah edukasi terus-menerus kepada masyarakat. Damkar Kuningan mendorong pemerintah desa untuk menyediakan alat pemadam ringan (APAR), membuat tandon air di titik strategis, serta menyediakan pelatihan dasar penanggulangan kebakaran.
“Pemerintah desa juga kami harap dapat menyiapkan fasilitas proteksi kebakaran seperti APAR dan tandon air. Dan jika terjadi kebakaran, segera hubungi kami di UPT Damkar Satpol PP Kuningan. Layanan ini gratis dan tidak dipungut biaya,” jelas Andri.
Selain itu, masyarakat juga diimbau memeriksa instalasi listrik di rumah secara berkala. Kabel yang sudah tua, colokan bertumpuk, dan peralatan elektronik yang rusak bisa memicu percikan api.
Tanggung Jawab Kolektif: Pemerintah, Warga, dan Lingkungan
Kebakaran seperti yang terjadi di Desa Caracas merupakan cerminan perlunya tanggung jawab bersama antara pemerintah, warga, dan seluruh elemen masyarakat. Tidak cukup hanya mengandalkan petugas pemadam kebakaran. Kewaspadaan kolektif akan mencegah insiden lebih besar.
Peran RT, RW, dan kepala dusun sangat vital dalam membentuk budaya sadar bencana. Melalui pengawasan, kampanye lingkungan, serta gotong royong pembersihan lahan, potensi kebakaran bisa ditekan sejak dini.
Dampak Sosial dan Psikologis: Ketakutan Warga Tak Bisa Diabaikan
Meskipun api berhasil dipadamkan dengan cepat, kejadian ini meninggalkan bekas trauma tersendiri bagi warga. Beberapa dari mereka mengaku masih takut membakar sampah bahkan dalam skala kecil. Anak-anak yang menyaksikan kobaran api pun mengalami ketakutan dan sulit tidur selama beberapa hari.
Penting bagi pemerintah setempat untuk tidak hanya fokus pada pemadaman, tetapi juga memberikan dukungan pasca-kejadian kepada warga terdampak, seperti bantuan medis, konseling, dan informasi terkait langkah antisipasi.
Belajar dari Kasus Ini: Bakar Sampah Bukan Solusi
Kebiasaan membakar sampah memang masih menjadi praktik umum di wilayah pedesaan. Namun, dengan meningkatnya risiko kebakaran dan kerusakan lingkungan, sudah saatnya masyarakat beralih ke metode pengelolaan sampah yang lebih aman dan ramah lingkungan.
Beberapa solusi yang bisa diterapkan antara lain:
- Komposting sampah organik
- Menyediakan tong sampah tertutup
- Kerja sama dengan dinas kebersihan untuk pengangkutan sampah terjadwal
- Edukasi pengelolaan sampah dari sekolah hingga forum warga
Kesimpulan: Waspada, Edukatif, dan Siap Tanggap
Insiden kebakaran lahan Kuningan akibat pembakaran sampah adalah peringatan keras bagi kita semua. Di tengah kondisi cuaca ekstrem dan kekeringan yang meluas, aktivitas sederhana seperti membakar sampah bisa berujung pada bencana besar.
Kita semua memiliki peran untuk mencegah kejadian serupa. Mulai dari meningkatkan kesadaran diri, tidak membakar sampah sembarangan, hingga ikut serta dalam menjaga lingkungan sekitar tetap aman dari potensi kebakaran.
BACA JUGA : Kebakaran Pabrik Plastik Cirebon Saat Libur, Api Mengamuk
BACA JUGA : Janji Pembangunan Dedi Mulyadi untuk Desa Tonjong Mandek

















