CirebonShare.com – Cirebon, 2 Agustus 2025 – Kebijakan larangan study tour ke luar provinsi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Namun di balik kontroversi yang muncul, kebijakan ini dinilai sebagai peluang besar untuk mengembangkan potensi wisata edukatif di daerah, termasuk Cirebon.
Dianggap sebagai “angin segar” oleh sejumlah kalangan, kebijakan tersebut mengubah perspektif pendidikan luar ruang. Tidak lagi terpaku pada destinasi luar daerah, kini perhatian mulai beralih pada kekayaan lokal yang selama ini terabaikan.
Salah satu suara yang menguatkan optimisme ini datang dari akademisi Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon, Dr. Harmono SH MH. Ia menilai bahwa larangan study tour keluar provinsi bisa menjadi momentum emas bagi daerah untuk menggali kembali potensi wisata lokal sebagai sarana pembelajaran siswa.
Potensi Wisata Edukatif Cirebon: Surga yang Terlupakan
Cirebon memiliki warisan sejarah dan budaya yang sangat kaya. Dari jejak kejayaan Kerajaan Islam hingga tradisi multikultural yang harmonis, semuanya hadir dalam berbagai bentuk situs dan tradisi lokal. Sayangnya, potensi luar biasa ini sering terpinggirkan oleh tren kunjungan ke destinasi luar daerah.
Sebagai kota tua yang menyimpan warisan besar Kerajaan Islam di Jawa Barat, Cirebon menawarkan banyak pilihan wisata edukatif. Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan merupakan saksi sejarah penting yang menyimpan pelajaran berharga bagi generasi muda. Begitu pula Makam Sunan Gunung Jati dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa, yang sarat nilai-nilai toleransi, dakwah, dan spiritualitas.
Bagi para siswa, tempat-tempat ini bukan sekadar objek wisata. Mereka adalah ruang belajar hidup yang menghadirkan sejarah dalam bentuk nyata, bukan sekadar teks dalam buku pelajaran.
Lebih dari Sekadar Jalan-Jalan: Edukasi Karakter dan Budaya
Kegiatan study tour seharusnya bukan hanya menjadi sarana rekreasi, melainkan juga bagian integral dari pembentukan karakter. Harmono menekankan pentingnya mengemas wisata lokal dalam format yang sesuai dengan kurikulum dan tujuan pendidikan nasional.
Cirebon memiliki sentra batik Trusmi yang bisa menjadi lokasi pembelajaran ekonomi kreatif. Di sana, siswa dapat belajar tentang proses produksi batik, nilai ekonomi, serta filosofi budaya yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, kuliner khas seperti empal gentong dan nasi jamblang dapat dijadikan media pembelajaran lintas bidang. Siswa bisa diajak mengkaji aspek sejarah, sosial, dan kewirausahaan dari kuliner tersebut. Bahkan, kerajinan rotan dan lukisan kaca khas Cirebon bisa menjadi sarana pelatihan kewirausahaan berbasis lokal.
Sayangnya, hingga kini semua potensi ini belum dikelola secara terstruktur dalam kerangka pendidikan. Tidak ada standar kurikulum yang mengatur atau memandu sekolah dalam menyusun paket wisata edukatif lokal yang efektif dan bermakna.
Belajar dari Daerah Lain: Jepara dan Yogyakarta sebagai Inspirasi
Beberapa daerah di Indonesia telah lebih dahulu menerapkan sistem wisata edukatif berbasis lokal. Di Jepara, misalnya, sekolah-sekolah rutin mengajak siswanya mengunjungi Museum Kartini serta sentra ukir lokal. Kegiatan ini bahkan dijadikan bagian dari penilaian akhir semester.
Sementara itu, Yogyakarta telah lama dikenal sebagai pusat wisata edukatif. Mulai dari Keraton Yogyakarta, Taman Sari, Museum Dirgantara, hingga berbagai cagar budaya, semuanya dikemas dalam bentuk kunjungan yang terintegrasi dengan lembar kerja siswa dan panduan edukatif. Pengalaman belajar siswa tidak berhenti di lokasi wisata saja, melainkan dilanjutkan dengan diskusi kelompok, presentasi, dan refleksi tertulis.
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa wisata edukatif bukan sekadar opsi alternatif, melainkan bagian dari strategi pembelajaran aktif yang menyenangkan.
Saatnya Cirebon Bergerak: Rekomendasi Aksi Konkret
Kebijakan larangan study tour keluar provinsi harus dimanfaatkan secara maksimal oleh Pemerintah Kota dan Kabupaten Cirebon. Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan antara lain:
- Penyusunan Paket Edu-Wisata Tematik
Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan sekolah dan komunitas budaya untuk menyusun paket wisata edukatif yang terfokus pada sejarah, budaya, religi, dan ekonomi kreatif. - Pelatihan Pemandu Wisata Anak dan Pelajar
Pemandu wisata lokal sebaiknya dibekali pelatihan khusus agar mampu menyampaikan materi secara komunikatif, edukatif, dan sesuai dengan kebutuhan anak usia sekolah. - Pelibatan UMKM dan Komunitas Lokal
Produk lokal, makanan khas, hingga kerajinan tangan bisa dijadikan bagian dari pengalaman wisata. Siswa tidak hanya berkunjung, tetapi juga berinteraksi langsung dengan pelaku usaha kecil. - Integrasi Kurikulum dan Penilaian
Setiap kegiatan wisata harus dirancang agar selaras dengan kurikulum. Misalnya, siswa diminta membuat laporan, jurnal refleksi, atau tugas presentasi sebagai bagian dari penilaian pembelajaran. - Penguatan Identitas dan Kebanggaan Daerah
Momentum ini harus dimanfaatkan untuk menanamkan rasa cinta tanah air sejak dari lingkup terkecil, yaitu daerah asal siswa. Ketika pelajar mencintai daerahnya, maka rasa nasionalisme akan tumbuh lebih kuat.
Cirebon Punya Segalanya, Tinggal Sinergi
Menurut Harmono, kunci dari keberhasilan ini adalah kolaborasi lintas sektor. Pemerintah daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata, pelaku usaha, komunitas seni, hingga lembaga pendidikan tinggi harus duduk bersama menyusun peta jalan wisata edukatif Cirebon.
Pemerintah daerah juga perlu menyiapkan infrastruktur pendukung seperti transportasi, sanitasi, dan pusat informasi pariwisata. Sekolah, di sisi lain, perlu diberikan kebebasan dan dukungan anggaran untuk memilih dan merancang program wisata edukatif yang sesuai dengan karakter siswanya.
Momentum Menanamkan Cinta Daerah
Lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan kurikulum, wisata edukatif lokal bisa menjadi alat untuk menanamkan kecintaan terhadap daerah. Dalam dunia pendidikan karakter, mengenal dan mencintai akar budaya adalah fondasi penting membangun rasa percaya diri dan nasionalisme siswa.
Bagaimana mungkin seorang pelajar bisa mencintai Indonesia jika ia tidak pernah memahami keunikan dan sejarah kampung halamannya?
Larangan study tour seharusnya tidak dilihat sebagai batasan, melainkan tantangan untuk menciptakan sistem pembelajaran yang lebih dekat dengan realitas lokal. Ini adalah kesempatan langka yang tidak boleh dilewatkan.
Menuju Kebangkitan Edu-Wisata Cirebon
Cirebon memiliki potensi besar menjadi destinasi utama wisata pelajar di Jawa Barat. Dengan semangat inovasi dan gotong royong, larangan study tour bisa menjadi titik balik kemajuan pariwisata edukatif yang inklusif, berkelanjutan, dan membentuk karakter bangsa.
Sebagai Pembina Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Humanika Cirebon, Harmono mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melihat kebijakan ini sebagai peluang emas. Menurutnya, saatnya menjadikan gerakan ini sebagai gerakan bersama: membangun karakter, ekonomi, dan kebanggaan daerah.
“Cirebon tidak kekurangan potensi, hanya kurang dikelola secara terarah. Mari kita ubah wajah study tour menjadi pengalaman belajar yang membanggakan, menyenangkan, dan membangun,” pungkasnya.
BACA JUGA : Penertiban Peminta Minta di Makam Sunan Gunung Jati
BACA JUGA : Polresta Cirebon Sita Miras dan Knalpot Bising


















