CirebonShare.com – Cirebon, 4 Oktober 2025 – Pelajar Asal Jadimulya mengalami kecelakaan di Jalan Raya Kapten Samadikun, tepat di depan Hotel Talitakum, Kelurahan Kebonbaru, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, pada Jumat malam, 3 Oktober 2025. Insiden tersebut menimbulkan kepanikan warga sekitar karena suara benturan antara sepeda motor dan mobil angkot terdengar keras di tengah suasana malam yang lengang.
Kronologi Kecelakaan di Jalan Samadikun
Seorang pelajar bernama Mulyadi (17), warga Desa Jadimulya, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, mengendarai sepeda motor Honda Beat bernomor polisi E 3176 BU bersama rekannya Ahmad Nanda. Keduanya melaju dari arah Jalan Sisingamangaraja menuju Krucuk dengan kecepatan sedang.
Saat motor melintas di depan Hotel Talitakum sekitar pukul 21.00 WIB, Mulyadi mengantuk. Kondisi tersebut membuat arah motor tidak stabil. Motor mereka bergerak ke sisi kiri jalan dan menabrak bagian belakang angkot bernomor polisi E 1903 AT yang berhenti di bahu jalan.
Benturan keras menyebabkan kedua pelajar itu terjatuh dan kehilangan kesadaran. Helm yang mereka kenakan terlepas karena benturan begitu kuat. Tubuh Mulyadi terguling hingga ke sisi jalan, sementara motornya terseret di bawah bagian belakang angkot.
Tindakan Cepat Warga Sekitar
Warga sekitar yang mendengar suara keras langsung berlari menuju lokasi. Beberapa pengendara lain juga berhenti untuk menolong. Rohman (42), warga Kebonbaru, menjadi saksi pertama yang melihat kondisi korban setelah benturan.
“Saya sedang duduk di warung depan hotel, lalu mendengar suara ‘brak!’ keras banget. Begitu saya lihat, dua anak muda sudah tergeletak di aspal. Saya panggil warga lain buat bantuin,” kata Rohman.
Beberapa warga segera memindahkan motor korban ke tepi jalan agar tidak mengganggu lalu lintas. Mereka juga memeriksa napas korban sambil mencoba menghubungi PMI Kota Cirebon dan polisi melalui nomor darurat.
Dalam waktu sekitar 10 menit, tim PMI Kota Cirebon tiba di lokasi dengan ambulans. Petugas medis segera memberikan pertolongan pertama, menstabilkan korban, dan membawa keduanya ke RS Pelabuhan Cirebon.
Keterangan dari Saksi dan Sopir Angkot
Sopir angkot bernama Kasim (50) menjelaskan bahwa ia berhenti di bahu jalan untuk menunggu penumpang. Ia menyalakan lampu hazard agar kendaraan lain mengetahui bahwa angkot sedang berhenti.
“Saya berhenti di tepi, lampu hazard nyala. Belum lama, tiba-tiba motor datang dari arah belakang langsung nabrak keras. Saya kaget banget,” ujar Kasim.
Menurut keterangan saksi lain, posisi angkot berada di sisi kiri jalan dengan jarak cukup jauh dari lajur utama. Warga menilai motor korban melaju terlalu dekat dengan bahu jalan sehingga tabrakan tidak bisa dihindari.
Olah TKP oleh Kepolisian
Setelah laporan warga masuk, petugas dari Unit Gakkum Satlantas Polres Cirebon Kota segera datang ke lokasi. Mereka memasang garis pembatas, memotret lokasi kejadian, dan mengukur jarak antara posisi kendaraan dengan titik benturan.
Kanit Gakkum Satlantas Polres Cirebon Kota, Iptu Rian Marfiyanto, menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan awal menunjukkan kecelakaan terjadi akibat pengendara mengantuk.
“Petugas menemukan bahwa pengendara kehilangan kendali karena mengantuk. Sepeda motor bergerak ke kiri dan menabrak bagian belakang angkot yang berhenti di bahu jalan,” ujar Iptu Rian.
Iptu Rian menegaskan bahwa kondisi angkot tidak menyalahi aturan lalu lintas karena berhenti di bahu jalan dan menyalakan lampu hazard. Polisi juga memeriksa rekaman CCTV dari kamera hotel di sekitar lokasi untuk memperkuat data kejadian.
Kondisi Terbaru Korban di Rumah Sakit
Pihak RS Pelabuhan Cirebon merawat kedua korban di ruang gawat darurat. Mulyadi mengalami luka di bagian kepala, kaki, dan tangan. Sementara Ahmad Nanda menderita luka lecet dan memar di bagian pinggang.
Dokter jaga, dr. Nur Aini, mengatakan bahwa tim medis sudah memberikan penanganan intensif sejak korban tiba di rumah sakit.
“Kedua korban datang dalam kondisi lemah. Kami langsung tangani dan stabilkan kondisinya. Saat ini keduanya sudah sadar dan bisa diajak bicara,” kata dr. Nur Aini.
Keluarga korban dari Desa Jadimulya datang ke rumah sakit sejak dini hari. Ayah Mulyadi, Suharno (47), terlihat cemas namun bersyukur anaknya selamat.
“Saya langsung ke rumah sakit setelah dikabari. Alhamdulillah dia selamat, cuma luka-luka saja. Semoga cepat pulih,” ucap Suharno.
Imbauan Kepolisian untuk Pengendara Muda
Setelah kejadian ini, Iptu Rian mengingatkan masyarakat, terutama pelajar, agar tidak memaksakan diri berkendara dalam kondisi mengantuk. Ia menekankan pentingnya istirahat sebelum berkendara, terutama saat malam hari.
“Kalau rasa kantuk datang, lebih baik menepi dan beristirahat sebentar. Mengantuk itu bahaya, sama seperti kehilangan kendali,” tegasnya.
Polres Cirebon Kota juga akan meningkatkan kegiatan penyuluhan keselamatan berkendara di sekolah-sekolah menengah di wilayah Cirebon. Kegiatan ini bertujuan menanamkan kesadaran sejak dini agar pelajar memahami risiko berkendara tanpa kesiapan fisik.
Fenomena Pengendara Mengantuk di Cirebon
Kecelakaan akibat kantuk sering terjadi di wilayah Cirebon. Berdasarkan data Satlantas Polres Cirebon Kota, sepanjang tahun 2025 terdapat lebih dari 120 kasus kecelakaan yang melibatkan pengendara muda dan pelajar.
Banyak kecelakaan terjadi di jalur utama seperti Jalan Samadikun, Jalan Cipto Mangunkusumo, Jalan Tuparev, dan Jalan Wahidin. Pola kejadian hampir serupa: pengendara kehilangan fokus dan menabrak kendaraan di depannya.
Pengamat transportasi dari Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati), Dr. Rendi Setiawan, menilai rasa kantuk memiliki efek yang sama berbahayanya dengan mengemudi dalam kondisi mabuk.
“Ketika otak lelah, refleks tubuh melambat. Pengendara sulit merespons kondisi di jalan. Banyak orang meremehkan efek kantuk, padahal risikonya besar,” ujar Dr. Rendi.
Tanggung Jawab Sosial dan Kesadaran Orang Tua
Peran orang tua juga sangat penting dalam mencegah kecelakaan seperti ini. Banyak pelajar menggunakan motor untuk sekolah, namun sebagian belum cukup dewasa dalam pengambilan keputusan di jalan.
Kepala Sekolah SMK PGRI Gunung Jati, Eka Suryana, S.Pd, menyoroti pentingnya pengawasan keluarga terhadap aktivitas anak-anak mereka.
“Kami selalu mengingatkan siswa agar berhati-hati. Tapi pengawasan orang tua juga sangat penting. Anak yang lelah seharian belajar sebaiknya tidak diizinkan berkendara jauh malam-malam,” kata Eka.
Sekolah juga berencana menggelar doa bersama dan penyuluhan keselamatan lalu lintas sebagai bentuk dukungan moral bagi korban sekaligus pembelajaran bagi siswa lain.
Reaksi Masyarakat Cirebon di Media Sosial
Setelah insiden ini, media sosial Cirebon ramai membicarakan kecelakaan tersebut. Banyak pengguna platform X dan Instagram mengungkapkan keprihatinan sekaligus mengingatkan pengendara muda agar lebih berhati-hati.
Akun @info_cirebonku menulis, “Kecelakaan lagi di Samadikun. Semoga para pelajar sadar, jangan bawa motor kalau ngantuk. Nyawa nggak bisa diulang.”
Sementara akun lain, @Rina_Sby, menulis, “Anak sekolah zaman sekarang sering pulang malam. Harus ada peraturan jelas dari sekolah dan orang tua supaya mereka lebih aman.”
Komentar-komentar tersebut menunjukkan bahwa masyarakat peduli terhadap keselamatan pelajar di jalan raya.
Langkah Pencegahan dari Pemerintah Daerah
Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Cirebon mulai merancang program peningkatan keselamatan jalan. Salah satu rencana mereka adalah pemasangan rambu reflektor tambahan di area rawan kecelakaan seperti Jalan Samadikun dan Jalan Wahidin.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Cirebon, H. Dedi Suryana, menjelaskan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan kepolisian.
“Kami ingin setiap ruas jalan yang sering terjadi kecelakaan memiliki pencahayaan lebih baik dan rambu yang mudah terlihat. Ini langkah pencegahan jangka panjang,” ucap Dedi.
Dishub juga berencana menambah kamera pemantau lalu lintas (CCTV) di titik strategis untuk membantu polisi dalam proses investigasi dan pengawasan.
Pendidikan Keselamatan Lalu Lintas di Sekolah
Beberapa sekolah di Cirebon sudah memulai program edukasi keselamatan lalu lintas bekerja sama dengan Satlantas Polres Cirebon Kota. Guru BK dan wali kelas memberikan sosialisasi tentang pentingnya memakai helm berstandar SNI, menjaga kecepatan, dan menghindari penggunaan ponsel saat berkendara.
Guru BK SMK PGRI Gunung Jati, Nur Hidayah, menjelaskan bahwa sekolah ingin menanamkan kesadaran sejak dini.
“Kami ingin siswa memahami bahwa tanggung jawab di jalan sama pentingnya dengan tanggung jawab di sekolah. Nyawa tidak bisa diganti,” tegas Nur Hidayah.
Analisis dan Refleksi Kasus
Insiden pelajar asal Jadimulya membuka kembali pembahasan soal keamanan berkendara di kalangan remaja. Banyak pelajar merasa percaya diri di jalan, tetapi mereka sering mengabaikan kondisi tubuh dan lingkungan sekitar.
Faktor utama penyebab kecelakaan malam hari mencakup:
- Kelelahan setelah aktivitas seharian.
- Kurang pencahayaan di jalan.
- Kurangnya pengalaman dalam membaca situasi lalu lintas.
- Ketidakdisiplinan dalam menjaga jarak aman.
Kasus ini menunjukkan bahwa kecelakaan tidak selalu terjadi karena pelanggaran besar, tetapi bisa muncul dari kelalaian kecil seperti mengantuk.
Harapan Warga dan Penegasan Etika Berkendara
Warga Cirebon berharap kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pihak. Banyak warga meminta agar pemerintah memperketat aturan jam malam bagi pelajar yang belum cukup umur untuk mengemudi.
Tokoh masyarakat Kebonbaru, H. Sutarjo, menyampaikan pandangannya.
“Anak-anak itu harus belajar tanggung jawab. Kalau belum cukup umur, jangan dibiarkan bawa motor malam-malam. Semua pihak harus sadar demi keselamatan,” kata Sutarjo.
Penutup: Waspada dan Bertanggung Jawab di Jalan
Kecelakaan yang melibatkan pelajar asal Jadimulya di Jalan Samadikun memberikan pelajaran penting bagi pengendara muda. Kesadaran menjadi kunci utama dalam menjaga keselamatan diri dan orang lain.
Polisi, sekolah, dan masyarakat kini semakin gencar mengingatkan agar setiap pengendara selalu menjaga kondisi fisik, patuh terhadap aturan lalu lintas, dan tidak memaksakan diri ketika mengantuk.
CirebonShare.com mengajak seluruh pembaca untuk menjadikan peristiwa ini sebagai pengingat bersama bahwa satu detik kelalaian dapat mengubah segalanya.
BACA JUGA : ID Wartawan Dicabut di Istana Jadi Sorotan Publik
BACA JUGA : Mantan Staf Bank di Cirebon Bobol Rp24,67 Miliar


















