CirebonShare.com – Indramayu, 14 Juli 2025 –
Kekerasan remaja kembali mengguncang Kabupaten Indramayu. Dalam kasus pengeroyokan brutal Indramayu yang terjadi Rabu dini hari, 9 Juli 2025, seorang pelajar SMP berinisial EI (17) tewas setelah tujuh remaja menyerangnya di Desa Malangsemirang, Kecamatan Jatibarang.
Warga, aparat, dan tokoh pendidikan menyuarakan keprihatinan atas tragedi ini. Mereka menilai kejadian tersebut sebagai tamparan keras bagi semua pihak yang selama ini abai terhadap pembinaan moral remaja.
Remaja Diserang di Malangsemirang, Pengeroyokan Brutal Indramayu Menelan Korban
Insiden berdarah ini terjadi sekitar pukul 01.00 WIB. EI dan temannya mengendarai sepeda motor dan melintas di depan sekelompok remaja yang sedang nongkrong. Suara knalpot bising yang mereka hasilkan memancing emosi kelompok tersebut.
Tak lama kemudian, saat EI dan temannya kembali melintas, para pelaku langsung menghadang dari dua sisi jalan. Mereka membawa batu dan benda tumpul lainnya. EI terjatuh dari motor, lalu para pelaku langsung menghajarnya tanpa ampun.
“Kami menerima laporan bahwa korban dipukuli dan dilempari batu hingga tewas di tempat,” jelas AKP Muchammad Arwin Bachar, Kasat Reskrim Polres Indramayu.
Sementara itu, teman EI berhasil melarikan diri dan selamat dari serangan.
Polisi Tangkap 7 Remaja Usai Pengeroyokan Brutal Indramayu
Kepolisian bergerak cepat. Kurang dari 24 jam setelah kejadian, tim Reskrim Polres Indramayu berhasil menangkap tujuh remaja yang diduga kuat sebagai pelaku pengeroyokan.
Ketujuh remaja tersebut berinisial RW (18), FM (18), DD (17), SJ (17), WS (17), HF (16), dan FS (15). Mereka bersembunyi di sebuah rumah kos tak jauh dari lokasi kejadian. Polisi menyisir lokasi dengan bantuan rekaman CCTV dan keterangan saksi.
“Kami mengamankan seluruh pelaku dan langsung membawa mereka ke Mapolres untuk menjalani pemeriksaan lanjutan,” terang Arwin.
Petugas juga mengumpulkan barang bukti berupa batu dan potongan kayu yang digunakan dalam aksi tersebut.
Keluarga Korban Menuntut Keadilan atas Pengeroyokan Pelajar
Ayah EI mendatangi kantor polisi dan mendesak aparat menindak tegas para pelaku. Ia menangis saat melihat jenazah anaknya di ruang forensik RSUD Indramayu.
“Anak saya tidak pernah mencari masalah. Dia hanya pulang dari rumah temannya. Saya ingin pelaku dihukum setimpal,” kata sang ayah dengan suara bergetar.
Keluarga menggelar pemakaman pada hari yang sama. Ratusan pelayat ikut mengantar jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya di Sliyeg.
Pengaruh Alkohol dan Emosi Jadi Pemicu Aksi Brutal Remaja
Hasil interogasi awal menunjukkan bahwa para pelaku menenggak minuman keras sebelum menyerang korban. Alkohol dan emosi memicu kekerasan yang akhirnya berujung maut.
“Kami mendalami keterlibatan alkohol dalam kejadian ini. Kami juga akan memeriksa kandungan darah pelaku,” ujar Kasat Reskrim.
Polisi berencana menjerat pelaku dengan pasal tambahan jika terbukti mengonsumsi minuman keras sebelum melakukan pengeroyokan.
Pengeroyokan Brutal Indramayu Tambah Deretan Kasus Serupa
Kejadian ini menambah panjang daftar kasus kekerasan pelajar di Indramayu. Dalam dua tahun terakhir, kepolisian mencatat peningkatan kasus serupa. Remaja semakin sering terlibat dalam aksi kekerasan, baik sebagai korban maupun pelaku.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Jawa Barat, Dina Rahmawati, mengungkapkan bahwa kurangnya pengawasan dari orang tua dan sekolah memperparah kondisi tersebut.
“Kami mencatat lonjakan kasus kekerasan antar-remaja yang signifikan sejak 2023. Ini harus menjadi perhatian serius,” ujarnya.
Warga Jatibarang Berduka dan Merasa Terancam
Masyarakat Desa Malangsemirang merasa kehilangan rasa aman. Banyak orang tua kini melarang anak-anak mereka keluar rumah saat malam hari. Ketua RT setempat mengaku kaget dengan tindakan remaja yang selama ini dikenal sebagai anak-anak biasa.
“Saya tidak menyangka mereka mampu berbuat sekejam itu,” ujar Ketua RT, Wahyudin.
Warga mendukung aparat kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini dan mencegah kejadian serupa terjadi lagi.
Polres Indramayu Gandeng Sekolah Tekan Kekerasan Remaja
Kapolres Indramayu, AKBP Ari Setyawan Wibowo, langsung merespons kasus ini dengan menyiapkan strategi jangka pendek dan panjang. Dalam waktu dekat, pihaknya akan meningkatkan patroli malam dan melakukan pendekatan ke sekolah-sekolah.
“Kami akan menyampaikan penyuluhan hukum ke pelajar agar mereka tahu batasan tindakan hukum,” tegasnya.
Polisi juga akan menggandeng Dinas Pendidikan dan tokoh masyarakat untuk memperkuat pendidikan karakter.
Pakar Psikologi Sebut Akar Masalah Ada di Rumah
Psikolog anak dan remaja, Rika Hernawati, menyebut kekerasan remaja tidak bisa dipisahkan dari pola pengasuhan di rumah. Banyak orang tua yang tidak melibatkan diri dalam tumbuh kembang anak secara emosional.
“Anak-anak yang tidak mendapat perhatian dan kontrol cenderung mencari pelampiasan secara ekstrem,” ujarnya.
Rika menyarankan agar keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar membentuk jejaring pengawasan anak secara kolektif.
Aktivis: Negara Harus Hadir Tangani Kekerasan Pelajar
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Cirebon menilai pemerintah perlu turun langsung. Direktur LBH, Hari Yulian, menyebut pemerintah bisa menerbitkan Perda khusus tentang pencegahan kekerasan pelajar.
“Negara harus menunjukkan keberpihakan pada perlindungan anak. Jangan biarkan sekolah jadi medan kekerasan,” tegasnya.
Ia juga mengusulkan agar setiap kasus kekerasan pelajar ditangani dengan pendekatan hukum sekaligus rehabilitasi psikologis.
Kekerasan Remaja Dapat Dicegah Jika Semua Pihak Bersatu
Tragedi pengeroyokan brutal Indramayu membuktikan bahwa remaja bisa menjadi pelaku kejahatan serius jika lingkungan gagal membentuk karakter mereka. Namun, harapan tetap terbuka selama masyarakat, sekolah, keluarga, dan aparat hukum bersatu mencegahnya.
Rika Hernawati kembali mengingatkan bahwa mendidik anak butuh keterlibatan aktif semua elemen.
“Kalau kita hanya menghukum tanpa membina, kita sedang menyiapkan kekerasan yang lebih besar di masa depan,” tutupnya.
BACA JUGA : Geng Motor Indramayu Ditangkap Tengah Malam

















