CirebonShare.com – Indramayu – Kasus pengeroyokan pelajar SMP di Indramayu kembali mengejutkan publik. Tujuh remaja menganiaya seorang siswa SMP berinisial EI (17) hingga tewas. Insiden tragis itu berlangsung di Jalan Raya Desa Malangsemirang, Kecamatan Jatibarang, pada Rabu dini hari, 9 Juli 2025.
Insiden ini menarik perhatian luas karena bermula dari persoalan sepele. Raungan sepeda motor yang dikendarai korban memancing emosi kelompok remaja yang tengah nongkrong. Reaksi berlebihan itu berujung kekerasan mematikan.
Polres Indramayu langsung mengamankan para pelaku. Mereka rata-rata masih remaja. Tragedi ini menyisakan luka mendalam bagi keluarga korban dan memunculkan keprihatinan masyarakat atas lemahnya kontrol sosial terhadap pergaulan anak muda saat ini.
Kronologi Lengkap Pengeroyokan Pelajar SMP di Indramayu
Menurut polisi, kejadian bermula saat EI berboncengan dengan temannya menggunakan sepeda motor. Saat melewati sekelompok remaja yang sedang nongkrong, EI menggeber-geber motornya, memicu raungan yang memekakkan telinga. Aksi tersebut membuat para pelaku tersinggung.
EI sempat meninggalkan lokasi. Namun ia kembali beberapa saat kemudian. Pada saat itulah, para pelaku yang sudah bersiap langsung menghadangnya. Mereka berdiri di sisi kanan dan kiri jalan dengan batu di tangan.
“Saat korban kembali, pelaku langsung menyerang hingga korban terjatuh dan tak sempat melarikan diri. Korban meninggal di lokasi,” jelas Kasat Reskrim Polres Indramayu, AKP Muchammad Arwin Bachar.
Para pelaku memukul dan menendang korban secara brutal. Teman EI berhasil kabur, lalu melaporkan kejadian tersebut kepada warga dan pihak berwenang. Sementara itu, EI terkapar dan nyawanya tak tertolong.
Polisi Tangkap 7 Remaja Usai Pengeroyokan Pelajar SMP di Indramayu
Petugas bertindak cepat. Mereka menyelidiki laporan masyarakat dan memeriksa sejumlah saksi. Hasilnya, tujuh remaja berhasil diidentifikasi sebagai pelaku utama pengeroyokan.
Polisi menangkap RW (18), FM (18), DD (17), SJ (17), WS (17), HF (16), dan FS (15) di sebuah rumah kos di sekitar Jatibarang. Setelah penangkapan, penyidik langsung memeriksa para tersangka di Mapolres Indramayu.
“Kami sudah menahan tujuh pelaku dan tengah mendalami apakah ada keterlibatan pihak lain,” ujar Kapolres Indramayu, AKBP Ari Setyawan Wibowo.
Meski masih remaja, ketujuh pelaku akan menjalani proses hukum sesuai peraturan yang berlaku. Polisi memastikan kasus ini tak akan berhenti di tengah jalan.
Fakta Miris: Miras Diduga Picu Pengeroyokan Pelajar SMP di Indramayu
Kepolisian menemukan fakta mengejutkan. Baik korban maupun pelaku diduga berada dalam pengaruh alkohol saat insiden terjadi. Pengaruh miras memperburuk emosi pelaku dan membuat tindakan mereka tak terkendali.
“Kami mendapati indikasi miras di lokasi kejadian. Saat ini kami telusuri dari mana mereka mendapatkannya,” kata AKP Arwin.
Temuan ini menunjukkan lemahnya pengawasan terhadap remaja, terutama pada malam hari. Banyak pihak mendesak agar aparat dan orang tua memperketat kontrol terhadap pergaulan anak.
Masyarakat juga meminta kepolisian untuk rutin menggelar razia di tempat-tempat yang biasa menjadi lokasi tongkrongan remaja, terutama di malam hari.
Keluarga Korban Tuntut Keadilan Atas Pengeroyokan Pelajar SMP di Indramayu
Tangis pecah saat jenazah EI tiba di rumah duka. Ayah dan ibu korban tak kuasa menahan kesedihan atas kehilangan putra mereka. Warga sekitar ikut mengiringi pemakaman dengan rasa duka.
“Anak kami hanya pulang motoran, bukan untuk mencari masalah. Tapi mereka bunuh dia. Kami menuntut keadilan,” ucap ayah EI dengan mata sembab.
Keluarga besar korban mendesak agar semua pelaku dihukum seberat-beratnya. Mereka juga berharap peristiwa ini menjadi pelajaran bagi banyak orang.
Warga Malangsemirang Terkejut atas Pengeroyokan Pelajar SMP di Indramayu
Warga Desa Malangsemirang mengaku terkejut. Mereka tak menyangka wilayahnya menjadi lokasi pengeroyokan yang berujung maut. Beberapa orang tua mulai melarang anak-anak mereka keluar malam.
“Kami harap polisi aktif berpatroli malam hari. Kami merasa tidak aman,” kata seorang warga.
Tokoh masyarakat mengimbau pemerintah desa untuk menggelar penyuluhan tentang bahaya kenakalan remaja. Mereka juga ingin menghidupkan kembali pos ronda yang selama ini tidak aktif.
Sekolah Gelar Doa Bersama Usai Tragedi Pengeroyokan Pelajar SMP di Indramayu
Di sekolah korban, suasana duka masih terasa. Guru dan siswa mengadakan doa bersama untuk mengenang EI yang dikenal sebagai siswa aktif dan ramah. Teman-teman sekelas masih syok atas kepergian mendadak tersebut.
Kepala sekolah menyampaikan bahwa pihak sekolah akan meningkatkan pengawasan terhadap siswa dan menjalin komunikasi lebih intensif dengan orang tua.
“Kami akan memperkuat peran guru BK dan melakukan pembinaan karakter lebih intensif,” kata kepala sekolah.
Pihak sekolah juga bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk memberikan edukasi mengenai bahaya kekerasan dan pentingnya menyelesaikan masalah secara damai.
Psikolog: Pengeroyokan Pelajar SMP di Indramayu Tunjukkan Krisis Sosial
Psikolog anak dan remaja dari UGJ Cirebon, Dr. Leni Rahmawati, menilai kejadian ini sebagai tanda darurat sosial. Menurutnya, banyak remaja mengalami krisis identitas dan minim kontrol moral.
“Anak-anak muda saat ini mudah dipengaruhi karena lemahnya pondasi nilai. Peran keluarga dan sekolah harus lebih kuat,” ujarnya.
Ia menyarankan agar sekolah menyediakan ruang diskusi dan kegiatan positif yang bisa menyalurkan energi remaja secara konstruktif.
Selain itu, Dr. Leni juga menekankan pentingnya keterlibatan orang tua dalam kehidupan sehari-hari anak. Ia menilai bahwa komunikasi terbuka antara orang tua dan anak dapat mengurangi potensi kenakalan remaja.
Langkah Serius Pemerintah Terkait Pengeroyokan Pelajar SMP di Indramayu
Pemerintah Kabupaten Indramayu langsung mengambil langkah. Dinas Pendidikan mengumpulkan kepala sekolah dan camat untuk menyusun langkah pencegahan.
Mereka merancang program pembinaan siswa, pengawasan ketat, dan kerja sama antar lembaga. Pos pengawasan siswa akan dibentuk di titik-titik rawan konflik remaja.
“Kami tak ingin kejadian ini terulang. Kita butuh kerja sama semua pihak,” ujar Kepala Dinas Pendidikan, Drs. Sutrisno.
Pemerintah juga mendorong pelatihan intensif bagi guru Bimbingan Konseling agar mampu membaca gejala awal kenakalan remaja.
Selain itu, pihaknya akan menyediakan hotline pengaduan bagi siswa atau orang tua yang merasa terancam atau mengalami intimidasi di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Masyarakat Diajak Tidak Acuh
Tragedi ini harus menjadi alarm bagi masyarakat. Orang tua diminta terlibat aktif mengawasi kegiatan anak-anak, terutama di luar jam sekolah. RT dan RW juga berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan terkendali.
Ronda malam akan diaktifkan kembali di sejumlah desa, terutama yang berdekatan dengan jalan utama dan tempat tongkrongan.
Selain itu, masyarakat diminta untuk segera melaporkan jika melihat remaja berkumpul larut malam atau melakukan aktivitas mencurigakan.
Kesimpulan: Pengeroyokan Pelajar SMP di Indramayu Harus Jadi Pelajaran Nasional
Kasus EI membuka mata semua pihak. Bahwa satu nyawa remaja bisa hilang hanya karena emosi sesaat dan kurangnya pengawasan. Tidak hanya keluarga yang kehilangan, masyarakat juga tercoreng.
Kejadian ini seharusnya menjadi titik balik. Pemerintah, masyarakat, sekolah, dan keluarga wajib bekerja sama membentuk generasi muda yang kuat secara moral, mental, dan sosial.
“Pengeroyokan pelajar SMP di Indramayu bukan sekadar berita kriminal. Ini adalah sinyal bahwa kita harus bergerak bersama,” ujar seorang tokoh pemuda setempat.
Seluruh elemen bangsa harus menyadari bahwa pencegahan kekerasan pada remaja bukan hanya tanggung jawab polisi atau sekolah, tetapi tanggung jawab bersama. Budaya kekerasan harus dilawan dengan pendidikan, kasih sayang, dan perhatian yang konsisten.
Hanya dengan cara itu, kejadian serupa tak akan kembali menimpa generasi muda lainnya.
BACA JUGA : Kuliner Viral Cirebon Ramaikan Grage Mall

















