CirebonShare.com – Cirebon, 30 Juli 2025 – Di tengah panasnya musim kemarau dan hembusan angin kencang yang rutin menyapa wilayah Cirebon, terselip sebuah kisah inspiratif tentang seorang produsen layang-layang Cirebon yang membuktikan bahwa rasa cinta bisa menjadi awal dari sebuah peluang usaha yang menjanjikan.
Cerita ini datang dari Yusuf (56), warga Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, yang kini dikenal sebagai salah satu produsen layang-layang Cirebon paling produktif dan digemari hingga lintas daerah.
Dari Sekadar Layangan untuk Anak, Kini Jadi Ladang Rezeki
Awalnya, Yusuf hanya ingin membuat layangan untuk anaknya, Alif, yang kala itu masih duduk di sekolah dasar. Ketimbang terus membelikan mainan, ia memilih membuat sendiri dari bahan seadanya. Dari situlah, muncul ide untuk mulai menitipkan beberapa layangan ke warung-warung sekitar tempat tinggalnya.
Tanpa disangka, respons masyarakat sangat positif. Layang-layang buatannya laku keras, bahkan melebihi ekspektasi. Hal ini menjadi titik balik baginya untuk mulai menekuni dunia layang-layang secara lebih serius.
Dengan mengambil nama anaknya sebagai merek, Yusuf membangun merek lokal “A-Alif”, yang kini dikenal luas oleh para penggemar layang-layang, baik anak-anak, remaja, hingga dewasa. Kini, ia pun dikenal sebagai salah satu produsen layang-layang Cirebon yang berkembang dari usaha rumahan menjadi bisnis yang menjangkau lintas daerah.
Produksi Sederhana, Permintaan Luar Biasa
Yusuf memproduksi layang-layang secara manual, tanpa bantuan mesin industri. Dalam satu hari, ia bisa menyelesaikan sekitar 25 buah layangan dengan berbagai variasi bentuk dan bahan. Harga jualnya pun tergolong sangat terjangkau, berkisar antara Rp1.500 hingga Rp2.500 per buah, tergantung kualitas dan jenis kertas yang digunakan.
Yang mencengangkan, saat musim kemarau datang, permintaan bisa melonjak tajam hingga ribuan per hari. Tidak hanya layangan, tetapi juga perlengkapan seperti benang gelasan, stik bambu, dan aksesori lainnya turut laris di pasaran. Ketika angin bertiup kencang, toko rumahan Yusuf selalu dipadati pembeli dari berbagai kalangan.
Layang-Layang, Mainan Tradisional yang Tak Lekang oleh Waktu
Tren bermain layang-layang di Cirebon ternyata tidak pernah benar-benar redup. Saat musim kemarau tiba, langit kota, terutama di kawasan pinggiran seperti Argasunya, penuh dengan warna-warni layangan yang terbang tinggi.
Tak hanya anak-anak, tetapi remaja dan orang dewasa pun turut serta menikmati permainan ini. Beberapa komunitas pecinta layangan bahkan rutin mengadakan pertemuan dan lomba kecil-kecilan untuk menyemarakkan suasana.
Bagi sebagian warga, bermain layangan adalah bentuk hiburan murah meriah yang tetap menghibur di tengah naiknya harga kebutuhan lain. Bagi Yusuf, hal ini adalah peluang emas untuk terus berkembang.
Pemasaran Menjangkau Lintas Daerah
Meski usaha dilakukan dari rumah, cakupan pemasaran Yusuf telah menjangkau berbagai daerah di luar Kota Cirebon. Pembeli datang dari Indramayu, Majalengka, Kuningan, Subang, bahkan Sumedang. Tak sedikit pula yang datang dari Jakarta dan wilayah Jawa Tengah untuk membeli dalam jumlah besar.
Layangan merek A-Alif telah dikenal oleh banyak pengecer dan pedagang eceran karena kualitasnya yang konsisten dan harga bersaing. Beberapa pembeli bahkan membeli dalam skala grosir untuk dijual kembali di daerah masing-masing.
Ekonomi Kreatif yang Menghidupkan Lingkungan Sekitar
Kisah Yusuf juga mencerminkan semangat kewirausahaan dalam skala rumahan. Ia memulai tanpa bantuan alat berat atau modal besar, hanya bermodalkan keterampilan dan ketekunan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Yusuf mulai melibatkan tetangga sekitar untuk membantu proses produksi, terutama saat permintaan sedang tinggi. Ada yang membantu memotong bahan, melipat, hingga mengepak produk. Kegiatan ini sekaligus memberi dampak ekonomi bagi warga sekitar, membuka peluang penghasilan tambahan yang berarti.
Menghadapi Tantangan Musim dan Bahan Baku
Meski bisnis terus tumbuh, Yusuf tetap dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satunya adalah pasokan bahan baku seperti kertas jenis Duslak yang kadang sulit didapat atau mengalami lonjakan harga.
Musim hujan juga menjadi masa sulit bagi penjual layangan. Tanpa angin yang stabil dan cuaca yang cerah, permintaan menurun drastis. Untuk mengantisipasi hal ini, Yusuf biasanya mulai menyetok bahan sejak awal tahun dan mulai produksi bertahap sejak bulan April, guna memenuhi permintaan puncak pada bulan Mei hingga Agustus.
Layang-Layang sebagai Simbol Budaya Lokal
Bagi masyarakat Cirebon, layang-layang bukan sekadar mainan, melainkan bagian dari warisan budaya yang terus hidup dari generasi ke generasi. Dibalik bentuknya yang sederhana, terdapat filosofi kebebasan dan semangat kompetisi yang sehat.
Yusuf melihat potensi besar dari permainan tradisional ini untuk terus berkembang, tidak hanya sebagai produk jual-beli, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya. Dalam komunitas pecinta layangan, merek A-Alif menjadi salah satu nama yang dihargai karena kualitas dan konsistensinya.
Harapan: Festival Layang-Layang dan Pemasaran Digital
Melihat antusiasme masyarakat yang masih tinggi terhadap layangan, Yusuf berharap pemerintah daerah bisa memberikan dukungan lebih, misalnya dengan mengadakan festival layang-layang tahunan. Event semacam itu bisa menjadi ruang promosi bagi para pelaku usaha lokal sekaligus edukasi untuk generasi muda.
Selain itu, Yusuf juga mulai melirik pemasaran digital melalui media sosial dan marketplace. Dengan akses internet yang semakin luas, ia berharap produknya bisa menjangkau pasar nasional bahkan internasional.
Penutup: Dari Kasih Sayang Menjadi Keberkahan
Kisah Yusuf adalah bukti nyata bahwa usaha kecil bisa tumbuh besar jika dikerjakan dengan ketekunan, konsistensi, dan semangat berbagi. Dari sekadar membuat layangan untuk sang anak, ia kini menjadi tulang punggung keluarga dan motor penggerak ekonomi kecil di lingkungannya.
Layang-layang yang terbang tinggi di langit Cirebon bukan hanya simbol hiburan, tetapi juga harapan, kerja keras, dan cinta seorang ayah yang kini membentang menjadi rezeki bagi banyak orang.
BACA JUGA : Pesepeda Cirebon Juara MTB 2025, Harumkan Daerah
BACA JUGA : Tabungan Simpanan Pelajar Ciayumajakuning Tembus 40 Ribu