CirebonShare.com – Cirebon, 2 September 2025 – Refleksi Cirebon untuk Indonesia puluhan masyarakat dari berbagai elemen berkumpul di jalur Pantura, tepatnya di perempatan lampu merah Pemuda Jalan Brigjen Dharsono, Bypass, Kota Cirebon, pada Selasa (2/9/2025) malam. Aksi bertajuk “Refleksi Cirebon untuk Indonesia” ini menjadi wadah penyampaian kritik dan sikap reflektif terhadap kondisi bangsa.
Peserta aksi berasal dari kalangan aktivis, akademisi, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), hingga tokoh lintas generasi. Kehadiran beragam elemen masyarakat ini menggambarkan bahwa refleksi terhadap situasi nasional bukan hanya urusan elite politik, melainkan juga kepedulian bersama seluruh warga bangsa.
Aksi yang Bernuansa Kritis dan Damai
Meski berlangsung di jalan raya yang ramai, aksi Refleksi Cirebon untuk Indonesia berjalan tertib. Peserta duduk bersama, membawa spanduk dengan pesan moral, serta menyuarakan pendapat melalui orasi yang bergantian. Tidak ada kericuhan yang terjadi, bahkan aparat kepolisian yang berjaga di lokasi lebih banyak bertindak sebagai pengaman lalu lintas agar arus kendaraan tetap berjalan lancar.
Menurut pantauan CirebonShare.com, masyarakat yang melintas sempat memperlambat laju kendaraan untuk mendengar isi orasi. Sebagian bahkan ikut berhenti sejenak untuk menyimak poin-poin refleksi yang dibacakan oleh koordinator aksi.
Koordinator aksi, Aang Sodikin, menegaskan bahwa kegiatan ini bukanlah acara seremonial. “Refleksi ini bukan sekadar acara seremonial, tapi suara nurani. Perubahan tidak lahir dari kekuasaan semata, melainkan dari keberanian rakyat untuk bersuara,” ujarnya lantang.
Aang menekankan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang berani melakukan koreksi diri. Menurutnya, kritik bukanlah bentuk permusuhan, melainkan upaya untuk memperbaiki keadaan.
Delapan Poin Refleksi dari Cirebon
Dalam kesempatan tersebut, Aang bersama peserta aksi menyampaikan delapan poin refleksi yang dianggap penting untuk diperhatikan pemerintah maupun masyarakat. Poin-poin ini lahir dari diskusi panjang serta evaluasi terhadap kondisi bangsa belakangan ini.
- Turut berduka cita atas munculnya korban jiwa dalam aksi demonstrasi. Pihaknya menyampaikan bela sungkawa mendalam atas meninggalnya warga, baik dari kalangan ojek online, mahasiswa, aparat kepolisian, maupun masyarakat sipil.
- Mengutuk keras tindakan aparat yang menyebabkan hilangnya nyawa warga sipil. Hal itu dinilai bertentangan dengan kode etik Polri sebagaimana diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2022.
- Mendesak Presiden Prabowo untuk melakukan penyidikan internal secara transparan. Aksi menuntut agar ada penegakan hukum yang adil terhadap oknum aparat yang terbukti melanggar.
- Mendesak reformasi birokrasi secara total. Peserta aksi menilai perbaikan birokrasi menjadi salah satu kunci membangun pemerintahan yang efektif dan dipercaya rakyat.
- Menuntut perbaikan komunikasi politik. Pemerintah, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, diminta lebih bijak dalam menyampaikan pernyataan publik, agar tidak memperkeruh suasana krisis.
- Menghimbau masyarakat menjaga ketertiban. Dalam poin ini, aksi menyerukan agar warga tidak menjarah, merusak fasilitas umum, atau melukai sesama.
- Menuntut pembebasan massa aksi yang ditahan tanpa prosedur hukum yang jelas. Peserta refleksi menilai hukum harus ditegakkan dengan cara yang adil dan transparan.
- Menolak dengan tegas kenaikan tunjangan DPR. Menurut mereka, langkah tersebut tidak tepat di tengah situasi sulit yang sedang dihadapi rakyat.
Delapan poin ini kemudian dibacakan secara bergantian oleh perwakilan elemen masyarakat, diiringi tepuk tangan peserta.
Dari Kota Wali untuk Indonesia
Aang Sodikin menutup refleksi dengan pesan yang kuat. “Aksi Refleksi Cirebon untuk Indonesia ini diharapkan menjadi titik awal lahirnya kesadaran baru. Dari Kota Wali, suara rakyat bergema untuk menegaskan pentingnya demokrasi yang sehat, birokrasi yang bersih, serta keberanian melawan ketidakadilan,” ucapnya.
Pesan tersebut kemudian diamini oleh para peserta yang hadir. Beberapa tokoh masyarakat menambahkan bahwa refleksi semacam ini perlu dilakukan secara rutin agar pemerintah selalu mendengar aspirasi rakyat.
Partisipasi Masyarakat sebagai Wujud Demokrasi
Kehadiran berbagai lapisan masyarakat dalam aksi refleksi ini menunjukkan bahwa demokrasi tidak hanya hidup di ruang parlemen, melainkan juga di jalanan ketika rakyat bersatu menyuarakan kepedulian. Para peserta meyakini bahwa kritik adalah bagian dari cinta terhadap bangsa, bukan sekadar bentuk penolakan.
Seorang akademisi yang turut hadir, Dr. Hadi Prasetyo, menilai aksi semacam ini sangat penting untuk menjaga kesehatan demokrasi. “Rakyat memiliki hak untuk bersuara. Refleksi ini adalah alarm bagi pemerintah agar selalu waspada terhadap arah kebijakan yang diambil,” ujarnya.
Menurut Hadi, jika pemerintah mau mendengarkan suara rakyat dengan terbuka, maka kebijakan yang lahir akan lebih tepat sasaran dan diterima publik dengan lapang dada.
Situasi Kondusif dan Aman
Meski berisi kritik yang cukup tajam, aksi ini berjalan dengan damai. Aparat kepolisian yang berjaga memastikan tidak ada gangguan keamanan. Hingga aksi berakhir, tidak ditemukan insiden yang mengarah pada kericuhan.
Kapolres Cirebon Kota, melalui keterangan singkatnya, menyampaikan bahwa pihaknya selalu terbuka mengawal aspirasi masyarakat selama dilakukan dengan tertib. “Kami mengapresiasi penyampaian pendapat yang damai. Semua pihak tetap bisa menyampaikan aspirasinya tanpa harus menimbulkan kerusakan atau korban,” ujarnya.
Menghidupkan Semangat Nasionalisme dari Cirebon
Refleksi Cirebon untuk Indonesia menjadi pengingat bahwa kota ini memiliki sejarah panjang sebagai salah satu pusat peradaban di Nusantara. Dari tanah para wali, suara rakyat kembali menggema untuk memperjuangkan keadilan, demokrasi, dan masa depan bangsa.
Aksi ini juga menjadi contoh bahwa masyarakat dapat bersatu lintas generasi dan profesi demi tujuan bersama. Semangat gotong royong yang melekat dalam budaya Indonesia tampak nyata dalam kebersamaan mereka malam itu.
Bagi para peserta, refleksi ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang dalam mengawal bangsa. Mereka berkomitmen untuk terus bersuara, berdiskusi, serta menjaga semangat kebangsaan di tengah tantangan zaman.
Harapan ke Depan
Peserta aksi berharap pemerintah mendengarkan aspirasi yang disampaikan. Mereka percaya bahwa suara rakyat adalah suara kebenaran yang harus diperhitungkan dalam setiap kebijakan. Jika pemerintah mampu merespons dengan bijak, maka kepercayaan publik akan semakin kuat.
Selain itu, masyarakat juga diingatkan untuk tetap menjaga persatuan. Kritik yang disampaikan tidak boleh memecah belah, melainkan harus menjadi energi untuk memperbaiki keadaan bersama. Dengan begitu, bangsa Indonesia bisa terus melangkah maju menuju masa depan yang lebih baik.
BACA JUGA : Unjuk Rasa di Kota Cirebon Berujung Ricuh, Gedung DPRD Rusak
BACA JUGA : KDM Sebut Oknum Terlatih di Balik Demo Rusuh Bandung


















