CirebonShare.com – 30 Juli 2025, Cirebon – Retreat kepala sekolah Cirebon selama tiga hari yang berlangsung di Kabupaten Kuningan resmi berakhir pada Sabtu, 26 Juli 2025. Kegiatan yang diikuti oleh seluruh kepala Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri se-Kota Cirebon ini menjadi tonggak penting dalam penguatan kepemimpinan dan kolaborasi antar sekolah.
Retreat yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Cirebon ini bertujuan untuk membangun kesadaran bersama dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kepala sekolah secara maksimal. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wadah refleksi, evaluasi, dan pembekalan kepemimpinan dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan.
“Retreat ini saya arahkan untuk memperkuat diskusi dan refleksi, bukan untuk bersenang-senang. Kita juga harus bisa menyelaraskan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, tentunya dalam hal pendidikan,” ujar Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, saat membuka kegiatan tersebut.
Fokus pada Penguatan Manajerial Kepala Sekolah
Selama tiga hari pelaksanaan, para kepala sekolah mendapatkan berbagai materi dan simulasi yang menitikberatkan pada penguatan kemampuan manajerial. Mulai dari perencanaan strategis, pengambilan keputusan, kepemimpinan yang berintegritas, hingga teknik komunikasi efektif.
Kepala SMP Negeri 7 Kota Cirebon, Euis Sulastri, menyambut baik pelaksanaan retreat ini. Menurutnya, kegiatan ini sangat penting untuk memperdalam peran kepala sekolah sebagai penggerak utama kemajuan sekolah.
“Retreat lebih banyak ditekankan bagaimana mengimplementasikan kebijakan-kebijakan kepala sekolah yang harus diterapkan di sekolah agar memiliki leadership yang sesuai dengan kebijakan yang ada di pusat dan memiliki kredibilitas yang tinggi,” jelas Euis kepada CirebonShare.com.
Retreat juga mempertemukan para kepala sekolah dalam berbagai sesi diskusi kelompok. Mereka berbagi pengalaman dan tantangan yang dihadapi di sekolah masing-masing, lalu merumuskan solusi bersama.
Kolaborasi, Bukan Kompetisi
Salah satu pesan utama yang digaungkan dalam retreat adalah pentingnya kolaborasi antar sekolah. Dunia pendidikan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Dibutuhkan sinergi lintas sekolah untuk menciptakan sistem pendidikan yang berdaya saing dan inklusif.
“Karena selama ini saya melihat ada miskomunikasi. Antarsatu sekolah dengan sekolah lainnya tidak sejalan. Kita ingin menyelaraskan derap langkahnya,” kata Wali Kota Effendi Edo.
Retreat ini menjadi momentum untuk memperbaiki komunikasi antar kepala sekolah. Beberapa di antaranya bahkan sepakat membentuk forum komunikasi kepala sekolah lintas kecamatan, agar koordinasi program dan kegiatan bisa lebih harmonis.
Kepala Sekolah SD Negeri di kawasan Harjamukti mengaku terbantu dengan retreat ini. Ia menyebutkan, komunikasi yang terbangun selama kegiatan berlangsung jauh lebih cair dan terbuka. Bahkan, sejumlah inisiatif kerja sama antar sekolah mulai dirancang untuk diterapkan.
Penguatan Karakter dan Jiwa Kepemimpinan
Tidak hanya bicara soal strategi dan administrasi, retreat juga mengedepankan pembentukan karakter kepemimpinan. Para peserta dilatih untuk menjadi pemimpin yang tegas namun empatik, disiplin namun tetap inklusif.
Latihan-latihan ketangkasan, kerja tim, hingga simulasi krisis menjadi bagian penting dalam kegiatan retreat. Semua itu dirancang agar kepala sekolah mampu menjadi pemimpin yang adaptif dan solutif dalam kondisi apa pun.
“Kegiatan ini seharusnya dapat kita laksanakan secara rutin, karena akan memberikan manfaat yang lebih. Bukan hanya pengetahuan manajerial, kita semua juga dilatih ketangkasan, kedisiplinan maupun kekompakan dalam kegiatan capacity building,” ungkap Euis Sulastri.
Aspek kepemimpinan ini menjadi perhatian khusus, mengingat kepala sekolah tidak hanya menjadi administrator, tetapi juga figur yang menentukan arah budaya sekolah. Integritas, konsistensi, dan kepedulian sosial menjadi tiga karakter utama yang ditekankan selama retreat.
Peran Pemerintah dalam Mendorong Transformasi
Kehadiran Wali Kota dan jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Cirebon menjadi penanda bahwa pemerintah serius dalam membenahi dunia pendidikan. Mereka tidak hanya hadir secara simbolis, tetapi juga ikut berdiskusi langsung dengan para peserta.
Dalam kesempatan itu, Pemerintah Kota Cirebon juga menggarisbawahi pentingnya harmonisasi kebijakan pusat dan daerah. Kepala sekolah diminta untuk tetap mengikuti arah kebijakan nasional, namun harus mampu menerjemahkannya sesuai konteks lokal masing-masing sekolah.
“Output-nya, mereka harus menjalankan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing. Serta agar mereka mampu berkolaborasi dan koordinasi antarsekolah dengan baik, tidak saling miskomunikasi,” tegas Effendi Edo.
Menjawab Tantangan Pendidikan Kota Cirebon
Dunia pendidikan Kota Cirebon tidak terlepas dari berbagai tantangan. Mulai dari kesenjangan kualitas antar sekolah, rendahnya partisipasi orang tua, hingga keterbatasan anggaran masih menjadi persoalan mendasar.
Retreat ini menjadi sarana untuk menyatukan visi dan persepsi dalam menghadapi tantangan tersebut. Dalam sesi pleno terakhir, seluruh kepala sekolah diminta membuat rencana tindak lanjut yang realistis dan terukur untuk diterapkan di sekolah masing-masing.
Di antaranya adalah rencana peningkatan layanan konseling, program pencegahan bullying, optimalisasi literasi dan numerasi, hingga peningkatan komunikasi dengan orang tua murid.
Evaluasi dan Tindak Lanjut
Dinas Pendidikan Kota Cirebon telah menyiapkan mekanisme evaluasi pasca-retreat. Setiap kepala sekolah diminta menyusun laporan implementasi kegiatan selama tiga bulan ke depan. Laporan tersebut akan menjadi bahan evaluasi untuk mengukur efektivitas retreat sebagai alat transformasi kepemimpinan.
“Kami ingin kegiatan ini tidak berhenti hanya di hotel atau lokasi retreat. Yang lebih penting adalah bagaimana dampaknya bisa dirasakan langsung oleh guru, siswa, dan orang tua di sekolah masing-masing,” ujar salah satu pejabat Disdik Kota Cirebon.
Pihak Disdik juga akan menindaklanjuti dengan workshop lanjutan dan mentoring manajerial, agar para kepala sekolah terus berkembang.
Harapan dari Masyarakat
Banyak pihak berharap retreat ini menjadi awal dari perbaikan menyeluruh dunia pendidikan di Kota Cirebon. Beberapa orang tua menyatakan harapannya agar kepala sekolah lebih terbuka, responsif, dan mampu menghadirkan suasana sekolah yang menyenangkan bagi siswa.
“Saya ingin kepala sekolah lebih mendengarkan kami sebagai orang tua. Kadang kami punya keluhan tapi bingung menyampaikan ke siapa. Kalau retreat bisa bikin mereka lebih terbuka, saya sangat mendukung,” ujar Nia Rahmawati, warga Harjamukti.
Menuju Pendidikan Berkualitas dan Inklusif
Retreat kepala sekolah Cirebon bukan hanya agenda rutin, melainkan tonggak untuk membentuk kepemimpinan pendidikan yang lebih adaptif dan berintegritas. Hasil dari kegiatan ini harus menjadi energi baru dalam membangun sekolah yang ramah, progresif, dan berpihak pada murid.
Dengan sinergi yang terbangun antara kepala sekolah, pemerintah, dan masyarakat, Kota Cirebon diharapkan mampu menciptakan ekosistem pendidikan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kuat secara karakter dan sosial.
Retreat memang telah usai. Namun semangatnya baru saja dimulai.
BACA JUGA : Kebakaran Lahan Kuningan Akibat Bakar Sampah Terbawa Angin
BACA JUGA : Dampak Kebijakan KDM, SMK Ini Hanya Punya 1 Siswa
