CirebonShare.com – Indramayu, 7 November 2025 – Warga Eretan Wetan Demo Tuntut Janji Bupati Lucky Hakim menjadi sorotan besar di jalur Pantura hari ini. Ribuan warga dari Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, turun ke jalan menuntut janji perbaikan infrastruktur dan penanganan banjir rob yang mereka anggap tak kunjung terealisasi. Aksi berlangsung sejak pagi dan memadati ruas jalan utama, menciptakan arus lalu lintas padat namun tetap terkendali berkat kerja keras aparat keamanan di lapangan.
Massa aksi datang dengan semangat tinggi. Mereka membawa spanduk bertuliskan tuntutan kepada Bupati Indramayu, Lucky Hakim, agar segera menepati janji yang pernah disampaikan langsung kepada masyarakat. Suara warga menggema di sepanjang jalur Pantura, menyuarakan keresahan yang sama: “Kami tidak mau kebanjiran lagi!”
Suara Lantang di Tengah Panas Pantura
Koordinator aksi, Supriyanto, berdiri di atas mobil komando dan berorasi di depan ribuan warga. Ia menegaskan bahwa masyarakat tidak menolak pemerintah, tetapi ingin kejelasan atas janji yang pernah diucapkan oleh Bupati Lucky Hakim. Menurutnya, bupati sempat menyampaikan komitmen setelah mengikuti retret kepala daerah di Magelang untuk memperbaiki jalan desa dan menindaklanjuti keluhan warga kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
“Bupati sendiri bilang jalan akan dibangun supaya anak-anak bisa berangkat sekolah tanpa kesulitan. Beliau juga janji akan sampaikan aspirasi kami ke Pak Gubernur. Tapi nyatanya, saat menghadap, tidak disampaikan,” ujar Supriyanto dengan tegas di tengah sorakan warga.
Supriyanto menambahkan bahwa banjir rob bukan lagi bencana tahunan, melainkan ancaman harian yang menghantui warga pesisir. Air laut naik hampir setiap sore, merendam rumah dan tempat ibadah. Banyak warga harus tidur dengan kaki terendam air asin karena tanggul di muara sudah tidak mampu menahan ombak.
Warga Tak Ingin Janji Tanpa Bukti
Aksi di Eretan Wetan mencerminkan kekecewaan mendalam warga terhadap janji pembangunan yang belum juga terlihat hasilnya. Mereka merasa pemerintah daerah kurang cepat dalam merespons keluhan masyarakat pesisir yang terus berhadapan dengan banjir rob setiap tahun.
Siti Nurjanah, seorang ibu rumah tangga, menuturkan bahwa keluarganya sudah terbiasa menyiapkan perabot tinggi agar tidak terendam. Ia bahkan memasang papan kayu di dalam rumah untuk alas tidur anak-anaknya.
“Kalau malam air datang, kami tidak bisa tidur. Kami ingin bukti, bukan janji. Kalau jalan diperbaiki dan tanggul dibangun, kami tenang,” katanya sambil menggendong anak kecil yang kelelahan di tengah kerumunan.
Warga berharap Bupati Lucky Hakim segera hadir dan berbicara langsung dengan masyarakat. Mereka tidak ingin mendengar kabar dari perantara atau hanya melalui berita singkat.
Aksi Damai Berjalan Tegas dan Tertib
Meski jumlah massa mencapai ribuan orang, aksi tetap berlangsung damai. Warga menjaga agar suasana tidak berujung ricuh. Beberapa tokoh masyarakat ikut menenangkan peserta yang mulai emosional ketika arus kendaraan tersendat.
AKP Haryono, Kapolsek Kandanghaur, mengapresiasi sikap warga yang tetap tertib meski menuntut dengan keras. Ia menegaskan bahwa aparat hadir bukan untuk membubarkan, melainkan mengamankan jalannya penyampaian aspirasi.
“Kami menghargai aksi damai ini. Semua warga punya hak untuk menyuarakan pendapat. Kami hanya ingin memastikan pengguna jalan lain tetap bisa melintas dengan aman,” ujarnya.
Beberapa kali massa mencoba menghentikan kendaraan besar agar sopir mendengarkan orasi mereka, namun petugas segera menenangkan dan mengatur kembali lalu lintas. Hingga sore, arus kendaraan masih padat tetapi tetap bergerak perlahan.
Tokoh Tua yang Tak Pernah Lelah Berharap
Di antara ribuan massa, seorang pria tua bernama Caska (71) menarik perhatian banyak orang. Ia berdiri dengan tongkat di tangan, mengenakan peci hitam dan sarung lusuh, namun wajahnya memancarkan semangat yang kuat.
“Saya sudah puluhan tahun tinggal di sini. Dari muda sampai sekarang, masalahnya tetap sama. Banjir rob tidak pernah pergi. Kami hanya ingin hidup tenang,” ucapnya dengan suara serak.
Caska mengaku bangga melihat anak muda turun ke jalan membela desa mereka. Ia berharap pemerintah benar-benar mendengar suara rakyat pesisir yang selama ini terabaikan.
“Tolong, Pak Presiden Prabowo, kami tidak mau kebanjiran lagi. Tolong bantu kami agar bisa hidup normal,” katanya sambil menatap laut yang tampak di kejauhan.
Kata-kata itu langsung disambut sorak dan tepuk tangan ribuan warga yang berdiri bersamanya. Mereka melihat Caska sebagai simbol keteguhan warga Eretan Wetan yang tidak mau menyerah meski berkali-kali diterjang banjir rob.
Banjir Rob Hancurkan Aktivitas Warga
Banjir rob di Eretan Wetan tidak hanya merusak rumah, tetapi juga melumpuhkan kegiatan ekonomi. Para nelayan tidak bisa melaut karena air pasang menutup akses menuju dermaga. Jaring dan perahu banyak yang rusak diterpa ombak besar.
Rohimah, pedagang ikan asin di pasar setempat, mengaku penghasilannya turun drastis sejak jalan desa tergenang.
“Biasanya saya bisa jual 20 kilo ikan asin per hari. Sekarang cuma laku setengahnya karena pembeli tidak bisa lewat,” ujarnya sambil menata dagangan yang sebagian masih basah karena air rob.
Selain itu, anak-anak sekolah dasar di Eretan Wetan sering absen karena jalan menuju sekolah berubah menjadi sungai kecil. Guru-guru pun kesulitan datang mengajar karena kendaraan mereka tidak bisa melewati genangan.
Masalah ini sudah berlangsung bertahun-tahun, namun belum ada langkah permanen yang mampu mencegah air laut masuk ke pemukiman.
Harapan Solusi Nyata dari Pemerintah
Warga meminta pemerintah daerah segera memperbaiki tanggul di muara sungai dan membangun jalan beton yang lebih tinggi agar air tidak mudah masuk. Mereka juga berharap perbaikan dilakukan sebelum musim hujan mencapai puncaknya.
Andri Yulianto, tokoh pemuda desa, menegaskan bahwa masyarakat masih menaruh kepercayaan pada Bupati Lucky Hakim, tetapi kepercayaan itu bergantung pada tindakan nyata.
“Kami masih percaya beliau punya niat baik. Tapi niat saja tidak cukup. Kami ingin lihat alat berat datang, jalan dibangun, dan tanggul diperkuat,” ujarnya.
Andri menilai komunikasi antara pemerintah dan warga perlu lebih terbuka. Menurutnya, warga siap membantu bergotong royong jika pemerintah benar-benar turun tangan.
“Kami tidak butuh janji baru, cukup realisasi yang lama,” tambahnya.
Kondisi Lapangan Memerlukan Perhatian Serius
Eretan Wetan merupakan salah satu wilayah pesisir Indramayu yang paling sering terdampak banjir rob. Lokasinya berada di dataran rendah dan langsung berbatasan dengan Laut Jawa. Tanpa perlindungan tanggul yang kuat, air laut mudah meluap ke pemukiman setiap kali pasang besar datang.
Menurut Ir. Fadlan, pemerhati lingkungan pesisir, penanganan banjir rob tidak bisa hanya mengandalkan proyek tanggul. Diperlukan strategi terpadu antara pembangunan fisik dan pelestarian lingkungan.
“Kalau hanya bangun tanggul tanpa menata muara dan menanam mangrove, banjir rob tetap akan datang. Harus ada kombinasi antara teknik sipil dan ekosistem alami,” jelasnya.
Fadlan menyarankan agar pemerintah menggandeng masyarakat dalam program penanaman mangrove di sepanjang garis pantai. Ia menilai keterlibatan warga menjadi kunci keberhasilan karena mereka paling memahami kondisi lapangan.
Pemerintah Daerah Mulai Bergerak
Sumber di lingkungan Pemkab Indramayu menyebutkan bahwa Bupati Lucky Hakim telah meminta Dinas Pekerjaan Umum mempercepat survei teknis untuk proyek perbaikan jalan desa dan pembangunan tanggul penahan ombak di wilayah Eretan Wetan. Rencana tersebut masuk dalam prioritas anggaran 2026.
Sumber itu juga menyebutkan bahwa pemerintah akan melibatkan pihak provinsi dan kementerian untuk mendukung pembiayaan proyek besar tersebut. Fokusnya ialah menciptakan solusi jangka panjang agar banjir rob tidak lagi menjadi langganan tahunan.
Hingga berita ini disusun, Bupati Lucky Hakim belum memberikan keterangan langsung kepada publik. Namun beberapa staf di lingkup Pemkab menyebutkan bahwa Bupati berencana turun langsung ke lokasi dalam waktu dekat untuk berdialog dengan warga.
Solidaritas Warga Tumbuh Kuat
Aksi di Eretan Wetan juga memperlihatkan semangat solidaritas antarwarga. Meskipun berbeda usia, pekerjaan, dan latar belakang ekonomi, semua bersatu menyuarakan hal yang sama. Mereka berbagi air minum, makanan ringan, dan saling melindungi di tengah panas terik.
Warga perempuan menyiapkan dapur umum di pinggir jalan, sementara para pemuda mengatur barisan dan menjaga ketertiban. Pemandangan itu mencerminkan nilai gotong royong yang masih kuat di desa pesisir ini.
Halimah (45), relawan dapur umum, mengatakan bahwa aksi ini tidak hanya untuk menuntut pemerintah, tetapi juga membangun kebersamaan antarwarga.
“Kami sudah lama berjuang sendiri menghadapi banjir rob. Sekarang kami bersatu supaya suara kami lebih kuat,” katanya sambil membagikan nasi bungkus kepada peserta aksi.
Dampak Psikologis Banjir Rob
Banjir rob tidak hanya mengganggu ekonomi, tetapi juga menimbulkan tekanan mental bagi warga. Banyak anak kecil merasa takut setiap kali air laut naik. Beberapa orang tua mengaku anak-anak mereka sering menangis saat air mulai masuk ke rumah.
Sri Wahyuni, seorang guru TK di Eretan Wetan, mengatakan bahwa anak-anak sering menceritakan ketakutan mereka di kelas.
“Mereka takut lihat air masuk rumah. Ada yang bilang tidak mau tidur di kamar karena takut air naik malam-malam. Ini harus jadi perhatian,” ungkapnya.
Sri berharap pemerintah mempercepat langkah mitigasi agar anak-anak tumbuh tanpa rasa takut terhadap bencana yang bisa dihindari.
Warga Siap Kawal Janji Sampai Tuntas
Sebelum meninggalkan lokasi, koordinator aksi mengumumkan bahwa warga akan terus mengawal janji Bupati Lucky Hakim. Mereka membentuk forum komunikasi warga pesisir Eretan Wetan yang akan berfungsi memantau setiap progres pembangunan.
“Kami tidak akan diam sampai jalan diperbaiki dan tanggul berdiri. Kami bukan musuh pemerintah, kami mitra yang ingin melihat daerah kami maju,” seru Supriyanto di akhir aksi.
Warga kemudian membersihkan sisa sampah dan spanduk, menunjukkan kedewasaan dalam berdemonstrasi. Aksi berakhir sekitar pukul 17.00 WIB dengan suasana tertib dan penuh semangat kebersamaan.
Kesimpulan
Aksi ribuan warga Eretan Wetan menandai babak baru perjuangan masyarakat pesisir Indramayu untuk mendapatkan hak atas lingkungan yang aman dan layak. Mereka tidak menolak pemerintah, tetapi menagih janji yang pernah diucapkan.
Banjir rob di Eretan Wetan bukan sekadar genangan air, melainkan simbol ketidakadilan pembangunan yang harus segera diperbaiki. Warga berharap Bupati Lucky Hakim menepati komitmennya agar kehidupan masyarakat pesisir kembali normal.
Dengan langkah nyata dan kolaborasi serius antara pemerintah dan warga, Eretan Wetan bisa lepas dari jeratan banjir rob dan berdiri sebagai desa tangguh di garis pantai utara Jawa Barat.
BACA JUGA : Kasus Korupsi di Kota Cirebon Jadi PR Kajari Baru
BACA JUGA : Ledakan di SMAN 72 Jakarta Diduga Balas Dendam

















