CirebonShare.com – Kota Cirebon, 8 Agustus 2025 – SMK Cipto Kota Cirebon menghadapi tahun ajaran 2025–2026 dengan hanya satu siswa baru, yaitu Salwa Dwi Aprilianti. Meskipun suasana kelas terasa sepi tanpa suara riuh siswa, semangat belajar Salwa yang tinggi menjadi cerita menarik dan penuh inspirasi dari sekolah yang berlokasi di Jalan Melati Suci, Kampung Melati, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon ini.
Satu Siswa Baru, Semangat yang Tidak Pernah Padam
Salwa Dwi Aprilianti adalah siswi kelas XI jurusan Farmasi yang menjadi satu-satunya siswa baru di SMK Cipto tahun ini. Ia duduk sendiri di barisan depan ruang kelas, mendengarkan penjelasan guru matematika dengan penuh fokus.
“Awalnya saya kaget waktu tahu jadi satu-satunya siswa. Gak kebayang bisa sendirian belajarnya. Tapi lama kelamaan ya biasa saja, karena ada teman juga kakak kelas,” ujar Salwa saat ditemui, Kamis (7/8/2025).
Meski jarak rumah ke sekolah cukup jauh, Salwa tetap bersemangat datang setiap hari. “Kalau pagi diantar ayah, pulangnya naik angkot. Kadang paling lama sampai rumah jam 14.30 WIB,” jelasnya.
Alasan memilih SMK Cipto cukup jelas, karena sekolah ini membuka jurusan farmasi yang sesuai dengan cita-citanya menjadi seorang dokter. “Pembelajarannya bisa saya ikuti, alhamdulillah. Sekarang sudah enjoy berteman dengan kakak kelas, karena kadang juga belajar digabung. Jadi gak ngerasa kesepian,” tambah Salwa.
Sekolah Gratis dan Tanpa Biaya Membebani
Salwa juga mengaku bersyukur karena selama ini sekolah tidak memungut biaya apapun. “Sekolah ini gratis, nggak ada uang bulanan, nggak bayar uang gedung, seragam dan buku juga dikasih. Harapannya sih ke depan lebih banyak yang daftar ke sini,” harapnya.
Guru Mengajar dengan Pendekatan Intensif
Indah Nilna Rifdah (25), guru matematika di SMK Cipto, mengakui bahwa situasi mengajar hanya satu siswa cukup menantang dan membuatnya merasa sedih pada awalnya. “Awalnya saya sedih, karena dibandingkan tahun-tahun sebelumnya jumlah siswa sekarang sangat sedikit. Tapi tetap saya jalani karena itu tanggung jawab,” katanya.
Mengajar satu siswa justru menjadi pengalaman unik bagi Indah. “Metodenya sama, tapi lebih intens dan fokus. Siswa juga jadi lebih cepat mengerti,” jelasnya.
Meskipun suasana kelas terasa sepi, Indah tidak kehilangan semangat mengajar. Ia juga menjelaskan tantangan utama yang muncul karena kebijakan kuota 50 siswa per rombel di sekolah negeri yang berdampak pada menurunnya peminat sekolah swasta seperti SMK Cipto.
Kepala Sekolah Evaluasi dan Komitmen Menjaga Kualitas
Kepala SMK Cipto, Ari Nurrahmat, menyampaikan bahwa kondisi ini menjadi bahan evaluasi besar bagi sekolah. “Mungkin ini puncaknya dari penurunan yang sudah terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya. Kami juga introspeksi, mungkin kurang promosi atau pendekatan ke masyarakat,” ujarnya.
Ia juga mengakui dampak dari kebijakan pemerintah daerah yang mengizinkan sekolah negeri menerima hingga 50 siswa per kelas. “Banyak siswa yang akhirnya tergiur pindah ke sekolah negeri karena program seperti PAPS. Sayangnya, menurut saya, program itu tidak tepat sasaran,” jelas Ari.
Beberapa siswa yang sudah mendaftar ke SMK Cipto akhirnya mencabut berkas dan memilih sekolah negeri. Hal ini juga dialami sekolah swasta lain di wilayah yang sama.
Meski demikian, pihak sekolah berkomitmen menjalankan operasional secara penuh tanpa mengurangi kualitas. “Kami tetap menggaji guru seperti biasa, tidak ada yang dikurangi. Tahun ini pun untuk kelas 10, semua gratis. Tidak ada uang gedung, uang bulanan, maupun seragam,” tegas Ari.
Saat ini, SMK Cipto memiliki 12 guru termasuk kepala sekolah. “Kami berkomitmen memberikan yang terbaik bagi siswa, meskipun hanya satu,” tambahnya.
Tantangan Sekolah Swasta di Era Kebijakan Kuota Sekolah Negeri
Penurunan jumlah siswa yang signifikan di SMK Cipto merupakan refleksi tantangan yang dihadapi sekolah swasta di Kota Cirebon akibat kebijakan kuota 50 siswa per rombel yang diterapkan sekolah negeri. Kebijakan tersebut membuat sekolah negeri menjadi pilihan utama bagi banyak orang tua dan siswa, sehingga sekolah swasta harus berupaya keras mempertahankan eksistensinya.
Hal ini mengharuskan SMK Cipto untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap strategi promosi dan pendekatan ke masyarakat, agar keunggulan dan keunikan yang dimiliki dapat tersampaikan dengan baik.
Harapan dan Optimisme Menatap Masa Depan
Meski saat ini jumlah siswa sangat minim, SMK Cipto tetap optimis akan masa depan yang lebih baik. Komitmen menyediakan pendidikan berkualitas dengan biaya yang sangat terjangkau menjadi modal utama untuk menarik lebih banyak siswa.
Salwa, sebagai satu-satunya siswa baru, menjadi simbol semangat dan harapan sekolah untuk terus maju. Cerita dan semangatnya bisa menjadi inspirasi bagi calon siswa lain dan masyarakat luas.
Penutup
Cerita tentang Salwa dan SMK Cipto Kota Cirebon mengingatkan kita bahwa dalam keadaan yang tampak sepi sekalipun, semangat belajar dan pengabdian tetap menyala. Sekolah ini terus berupaya memberikan pendidikan terbaik, menyesuaikan dengan situasi dan tantangan yang ada, demi masa depan generasi muda Kota Cirebon.
BACA JUGA : Produsen Layang-Layang Cirebon Raup Ribuan Pesanan
BACA JUGA : Dampak Kebijakan KDM, SMK Ini Hanya Punya 1 Siswa
JANGAN LEWATKAN !! : Pasang Iklan Gratis di CirebonShare.com Selama Agustus


















