CirebonShare.com – Cirebon, 30 Juli 2025 – Lebih dari enam bulan telah berlalu sejak tanggul Sungai Cipager jebol akibat derasnya aliran air dari wilayah hulu. Namun hingga akhir Juli 2025, kerusakan ini belum juga mendapat penanganan permanen. Ketidakpastian tersebut menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi warga Desa Panembahan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, yang terus hidup dalam bayang-bayang ancaman banjir.
Peristiwa tanggul Sungai Cipager jebol ini terjadi pada awal tahun, tepatnya 17 Januari 2025. Saat itu, curah hujan yang sangat tinggi mengguyur kawasan hulu sungai, menyebabkan volume air meningkat drastis. Aliran deras tak mampu dibendung, hingga akhirnya tanggul di Bendung Canggong Kiri runtuh diterjang arus yang kuat.
Akibat tanggul Sungai Cipager jebol, wilayah Kecamatan Plered, termasuk Desa Panembahan, dilanda banjir besar. Dampaknya bahkan meluas hingga ke Kecamatan Sumber, Gunung Jati, dan Tengahtani, memicu kerugian materiil dan membuat banyak warga harus mengungsi sementara waktu.
Bencana Januari 2025 Masih Membekas di Ingatan Warga
Bagi masyarakat Desa Panembahan, kejadian banjir pada awal tahun lalu bukan sekadar insiden musiman. Peristiwa itu meninggalkan trauma dan kerugian, baik secara materi maupun psikis. Banyak rumah warga sempat tergenang, bahkan sebagian sawah gagal panen akibat lamanya air menggenang.
Kuwu Desa Panembahan, Abdul Khodir, mengungkapkan bahwa pemerintah desa kala itu langsung bergerak cepat. Mereka berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk menyampaikan laporan resmi kepada pemerintah kabupaten dan instansi teknis terkait.
“Sehari setelah banjir, Penjabat Bupati Cirebon saat itu langsung turun ke lokasi bersama Ketua DPRD, BPBD, dan dinas-dinas lainnya,” ujar Abdul Khodir.
Langkah tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah responsif terhadap kondisi darurat. Namun, masyarakat berharap langkah darurat itu tidak berhenti pada peninjauan semata, melainkan dilanjutkan dengan realisasi nyata berupa pembangunan tanggul secara permanen.
Upaya Koordinasi Sudah Dilakukan Sejak Februari
Dalam upayanya untuk mendorong perbaikan tanggul, Pemerintah Desa Panembahan telah mengirim surat resmi kepada Bupati Cirebon pada tanggal 4 Februari 2025. Surat tersebut kemudian diteruskan kepada Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi Jawa Barat perwakilan Cirebon, Dinas PUTR, serta Bapelitbangda Kabupaten Cirebon.
Abdul Khodir menjelaskan bahwa dari hasil koordinasi, terdapat rencana pemasangan tanggul darurat menggunakan bronjong atau susunan batu belah yang diikat kawat. Lokasi penurunan material pun sudah ditentukan sejak awal.
Namun, hingga kini belum terlihat tanda-tanda pengerjaan dimulai. Warga hanya diminta bersabar karena pihak terkait masih dalam proses koordinasi internal.
“Kami sudah menanyakan berkali-kali. Tapi jawabannya selalu sama: mohon bersabar,” ucap Kuwu dengan nada kecewa.
Mengapa Tanggul Cipager Sangat Vital Bagi Warga?
Tanggul Sungai Cipager di wilayah Bendung Canggong Kiri tidak hanya berfungsi sebagai pelindung permukiman dari banjir. Keberadaannya juga sangat penting dalam mendukung sistem irigasi untuk lahan pertanian di Kecamatan Tengahtani dan sekitarnya.
Ketika tanggul dalam kondisi baik, aliran air bisa dikendalikan sehingga tidak merusak lahan pertanian warga. Sebaliknya, jika tanggul rusak atau jebol, maka potensi banjir tidak hanya mengancam rumah-rumah penduduk, tetapi juga dapat merusak ekosistem pertanian dan infrastruktur dasar lainnya.
Oleh karena itu, masyarakat Panembahan dan sekitarnya menaruh harapan besar agar perbaikan tanggul segera dilaksanakan. Tak hanya sebagai langkah penanggulangan bencana, namun juga sebagai bentuk keberpihakan pada nasib petani lokal.
Dampak Sosial dan Ekonomi dari Ketidakpastian Penanganan
Keterlambatan penanganan tanggul jebol telah menciptakan dampak berlapis. Selain rasa tidak aman yang terus membayangi warga, aktivitas ekonomi pun ikut terganggu. Sebagian petani menjadi enggan menanam kembali karena khawatir akan banjir susulan.
Sementara itu, warga yang tinggal di bantaran sungai harus hidup dengan kecemasan. Hujan deras kini menjadi momok, bukan hanya fenomena alam biasa. Mereka khawatir akan datangnya banjir kapan saja tanpa adanya perlindungan dari tanggul.
Kondisi ini semakin menyulitkan warga miskin yang tidak memiliki cukup daya untuk memperbaiki rumah atau mencari tempat tinggal alternatif. Akhirnya, mereka hanya bisa berharap dan berdoa agar bencana tidak kembali terjadi.
Harapan Warga: Penanganan Permanen Bukan Sementara
Kuwu Abdul Khodir menyampaikan bahwa pihaknya mendesak agar perbaikan yang dilakukan tidak bersifat sementara. Ia menilai bahwa penanganan menggunakan bronjong hanyalah solusi jangka pendek yang rentan kembali rusak jika diterjang arus besar.
“Kalau bisa, kami sangat berharap agar langsung dilakukan penanganan permanen, bukan hanya sementara,” tegasnya.
Menurutnya, pembangunan tanggul secara menyeluruh dan kokoh akan jauh lebih efisien dalam jangka panjang. Hal ini akan menghindari pengeluaran berulang untuk penanganan darurat yang tidak menyelesaikan masalah secara tuntas.
Pemerintah Perlu Segera Bertindak
Melihat urgensi situasi ini, masyarakat menilai bahwa tidak ada lagi alasan untuk menunda. Pemerintah daerah dan provinsi harus segera mengambil langkah tegas dan konkret. Warga telah menunjukkan kesabaran dan mengikuti prosedur administratif sesuai aturan.
Kini saatnya bagi pemangku kebijakan untuk menunjukkan kepedulian melalui aksi nyata di lapangan. Apalagi, musim hujan diperkirakan kembali datang pada akhir tahun. Tanpa adanya tanggul, maka potensi banjir susulan bisa kembali melanda.
CirebonShare.com mencatat bahwa berbagai pihak di lapangan, mulai dari tokoh masyarakat, perangkat desa, hingga petani, terus menyuarakan keresahan ini secara konsisten. Mereka hanya ingin hidup aman dan bisa menjalankan aktivitas dengan tenang.
Solusi Jangka Panjang Butuh Kolaborasi Lintas Instansi
Perbaikan tanggul Sungai Cipager tentu memerlukan dukungan anggaran dan kebijakan lintas sektor. Maka dari itu, dibutuhkan kerja sama erat antara pemerintah kabupaten, provinsi, dan juga pusat, terutama melalui instansi teknis seperti PSDA dan Dinas PUTR.
Bukan hanya perbaikan, sistem pemeliharaan berkala juga harus diterapkan. Evaluasi terhadap infrastruktur sungai dan irigasi wajib dilakukan secara rutin untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan bencana dan pelestarian lingkungan bantaran sungai juga tidak kalah penting. Karena pembangunan yang berkelanjutan bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga tentang budaya dan kesadaran bersama.
Penutup: Suara Warga Adalah Panggilan Tindakan
Tanggul Sungai Cipager yang jebol sejak Januari 2025 bukan sekadar permasalahan teknis. Ini adalah simbol dari tantangan besar yang dihadapi masyarakat dalam menuntut perlindungan dan perhatian dari negara.
Sudah saatnya suara warga Desa Panembahan dan Kecamatan Plered menjadi panggilan tindakan nyata bagi pemerintah. Jangan biarkan mereka terus hidup dalam kekhawatiran, menanti kejelasan yang tak kunjung datang.
CirebonShare.com akan terus mengikuti perkembangan kasus ini dan menyuarakan aspirasi masyarakat. Karena pembangunan sejati berawal dari mendengarkan dan merespons suara rakyat.
BACA JUGA : Kebakaran Lahan Kuningan Akibat Bakar Sampah Terbawa Angin
BACA JUGA : Kebakaran Pabrik Plastik Cirebon Saat Libur, Api Mengamuk


















