CirebonShare.com – Majalengka, 19 September 2025 – Tawuran di Majalengka kembali menarik perhatian publik. Peristiwa bentrokan remaja di Jalan Raya Cirebon–Bandung, Blok Jumat, Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, melukai seorang pelajar secara serius.
Korban bernama Galur Jaka Pasda (18), siswa kelas XII SMK PGRI Jatiwangi. Tebasan senjata tajam memutus jari telunjuk tangan kanannya. Sabetan lain melukai jari tengahnya, dan sebuah tebasan menyebabkan sobekan sepanjang lima sentimeter di punggung tangan kanannya. Setelah kejadian, warga segera membawa korban ke RS Mitra Plumbon Sumberjaya untuk mendapat penanganan medis intensif.
Kasus ini menambah daftar panjang tawuran remaja yang menggunakan senjata tajam di wilayah Jawa Barat. Majalengka, daerah dengan aktivitas pendidikan cukup ramai, kini kembali menghadapi guncangan akibat kekerasan antar pelajar.
Kronologi Tawuran di Majalengka
Saksi mata dan kepolisian menyebut tawuran pecah sekitar pukul 16.00 WIB. Dua kelompok remaja sudah saling janjian untuk bertemu di lokasi tersebut. Mereka yang awalnya hanya beradu mulut kemudian saling menyerang dengan senjata tajam.
Seorang pelaku mengayunkan celurit ke arah Galur Jaka Pasda hingga mengenai tangan kanannya. Tebasan itu membuat jari telunjuk Galur putus dan melukai jarinya yang lain. Warga sekitar melihat kejadian itu, lalu segera melerai dan menolong Galur.
Tawuran ini membuat pengguna jalan panik karena bentrokan terjadi di jalur utama Cirebon–Bandung. Banyak pengendara menghentikan laju kendaraannya untuk menghindari keributan.
Polisi Bertindak Cepat
Keluarga korban segera melaporkan peristiwa itu ke Kepolisian Resor Majalengka. Tim Satreskrim langsung bergerak ke lokasi untuk mengamankan situasi dan mengejar para pelaku.
Kasat Reskrim Polres Majalengka, AKP Udiyanto, menegaskan bahwa anggotanya berhasil menangkap 15 remaja yang terlibat tawuran. Para remaja itu berasal dari berbagai sekolah di Majalengka, Cirebon, dan Indramayu.
“Petugas berhasil mengamankan 15 remaja yang diduga terlibat. Seluruhnya masih berstatus pelajar,” ujar Udiyanto.
Dalam operasi tersebut, polisi menyita sejumlah barang bukti, antara lain:
- Tiga bilah celurit berukuran 75–110 sentimeter
- Satu bilah golok
- Pakaian korban yang berlumuran darah
- Dokumen biaya pengobatan korban
Penyidik menggunakan barang bukti tersebut untuk menelusuri peran masing-masing pelaku.
Tidak Ditahan, Tapi Dibina
Polisi mengamankan 15 remaja, tetapi tidak menahan mereka karena mayoritas masih di bawah umur. Penyidik tetap memeriksa mereka secara intensif untuk memastikan keterlibatan dalam aksi tawuran.
“Petugas memanggil para pelajar bersama orang tua dan guru masing-masing. Kami memberi peringatan keras serta pembinaan agar mereka tidak mengulangi perbuatannya,” ujar Udiyanto.
Kepolisian menekankan pentingnya pendekatan persuasif. Polisi melibatkan orang tua dan pihak sekolah supaya mereka bisa melakukan langkah pencegahan sejak dini.
Penyelidikan Lebih Lanjut
Meski tidak dilakukan penahanan, penyelidikan tetap berjalan. Polisi masih mendalami peran setiap pelaku untuk memastikan siapa aktor utama dalam penyerangan.
“Kami akan menggelar perkara, memanggil saksi tambahan, dan melanjutkan penyidikan agar peran setiap pelaku jelas serta pertanggungjawaban hukumnya sesuai,” ungkap Udiyanto.
Kasus ini sudah masuk ke dalam Laporan Polisi Nomor: LP/B/432/IX/2025/SPKT/Polres Majalengka/Polda Jabar. Selain itu, surat perintah penyelidikan juga sudah diterbitkan.
Polisi menegaskan akan bersikap profesional, transparan, dan adil. Pendekatan edukatif tetap dilakukan untuk remaja, tetapi proses hukum akan tetap ditegakkan bagi pelaku utama.
Tawuran Pelajar, Masalah Serius yang Berulang
Peristiwa Tawuran di Majalengka bukanlah kasus pertama. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah bentrokan remaja kerap terjadi di wilayah ini. Senjata tajam hampir selalu menjadi alat utama dalam aksi kekerasan tersebut.
Fenomena tawuran menunjukkan adanya masalah mendasar dalam pembinaan karakter remaja. Alih-alih fokus belajar, sebagian pelajar justru menghabiskan waktu dengan kegiatan negatif. Akibatnya, mereka terjerumus dalam aksi kriminal yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Masyarakat pun khawatir, sebab lokasi tawuran sering terjadi di ruang publik. Hal ini tentu membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar.
Pandangan Aparat dan Tokoh Masyarakat
Aparat kepolisian terus mengingatkan bahwa Majalengka tidak boleh menjadi sarang tawuran. Tindakan tegas akan diberikan kepada siapa pun yang terbukti bersalah.
Menurut AKP Udiyanto, pencegahan hanya bisa efektif bila ada keterlibatan orang tua, guru, dan masyarakat. “Peran orang tua dan guru sangat penting. Kami berharap semua pihak memberi edukasi agar pelajar lebih fokus pada masa depan dan tidak terlibat aksi kriminal,” ujarnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Majalengka juga menyampaikan keprihatinannya. Menurut mereka, tawuran remaja bukan hanya merugikan korban dan keluarga, tetapi juga merusak citra pendidikan di daerah tersebut.
Faktor Penyebab Tawuran
Tawuran di kalangan pelajar biasanya dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya:
- Solidaritas kelompok berlebihan – Rasa solidaritas yang salah arah membuat remaja mudah terprovokasi.
- Minimnya pengawasan – Kurangnya perhatian orang tua terhadap aktivitas anak di luar rumah.
- Pengaruh lingkungan – Lingkungan sosial yang mendukung kekerasan membuat anak terbiasa dengan konflik.
- Media sosial – Sering kali tawuran berawal dari saling ejek atau tantangan di media sosial.
- Kurangnya kegiatan positif – Minimnya wadah untuk menyalurkan energi remaja ke arah yang bermanfaat.
Dampak Sosial dari Tawuran
Kasus Tawuran di Majalengka memberikan dampak besar, baik bagi korban maupun masyarakat. Dampak tersebut antara lain:
- Korban luka fisik – Seperti yang dialami Galur Jaka Pasda yang harus kehilangan jari.
- Trauma psikologis – Baik korban maupun keluarga bisa mengalami trauma mendalam.
- Gangguan ketertiban umum – Tawuran sering terjadi di ruang publik dan mengganggu keamanan masyarakat.
- Kerugian pendidikan – Pelajar yang terlibat berpotensi dikeluarkan dari sekolah dan kehilangan masa depan.
- Citra buruk daerah – Majalengka bisa dicap sebagai daerah rawan tawuran jika kasus terus berulang.
Upaya Pencegahan yang Didorong Aparat
Polres Majalengka menekankan beberapa langkah pencegahan untuk menekan angka tawuran, antara lain:
- Meningkatkan patroli di titik rawan bentrokan remaja.
- Mengadakan sosialisasi bahaya tawuran di sekolah-sekolah.
- Melibatkan guru BK untuk membina siswa yang memiliki catatan kenakalan.
- Mengajak tokoh masyarakat ikut aktif dalam pengawasan.
- Memberikan wadah kegiatan positif seperti olahraga, seni, dan komunitas kreatif.
Dengan pendekatan ini, diharapkan remaja bisa menyalurkan energi ke arah yang lebih bermanfaat.
Kondisi Korban Saat Ini
Korban, Galur Jaka Pasda, masih menjalani perawatan intensif. Tim medis berupaya memulihkan kondisi luka serius di tangan kanannya. Meski demikian, kehilangan jari telunjuk menjadi kenyataan pahit yang harus dihadapi.
Pihak keluarga berharap kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pihak. Mereka meminta aparat menuntaskan penyelidikan dan memastikan pelaku utama mendapat hukuman yang setimpal.
Kesimpulan
Kasus Tawuran di Majalengka yang menyebabkan seorang pelajar SMK kehilangan jari menjadi peringatan serius. Tawuran bukan sekadar masalah kenakalan remaja, tetapi sudah masuk ke ranah kriminal dengan dampak besar.
Penting bagi semua pihak—orang tua, sekolah, aparat, dan masyarakat—untuk bekerja sama mencegah tawuran agar tidak ada lagi korban berikutnya. Pendidikan seharusnya menjadi jalan menuju masa depan yang lebih baik, bukan medan pertarungan yang mengorbankan nyawa dan masa depan generasi muda.
BACA JUGA : Pria Modus Menabrakkan Diri ke Mobil di Cirebon Jadi Tersangka
BACA JUGA : Kecamatan Mundu Gabung Kota Cirebon Sejak 2023