CirebonShare.com – CIREBON, 11 Juli 2025 – Duka menyelimuti Kota Cirebon atas wafatnya TKW Cirebon yang meninggal di Malaysia, Tasmi, warga Kelurahan Sunyaragi. Ia mengembuskan napas terakhirnya di negeri jiran pada Rabu, 9 Juli 2025. Kabar tersebut menggugah empati banyak pihak, termasuk Pemerintah Kota Cirebon.
Wakil Wali Kota Cirebon, Siti Farida Rosmawati, secara resmi menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam. Ia juga mengajak masyarakat luas untuk bersama-sama mengawal proses pemulangan jenazah Tasmi ke kampung halaman, sebagai bentuk penghormatan atas pengabdian seorang warga negara yang mencari nafkah demi keluarga.
“Sebagai Wakil Wali Kota, saya Siti Farida Rosmawati menyatakan keprihatinan mendalam atas musibah ini,” ujarnya dalam pernyataan resmi yang diterima CirebonShare, Jumat 11 Juli 2025.
Dalam kesempatan tersebut, ia menyoroti pentingnya sinergi antarlembaga pemerintah dan elemen masyarakat dalam menghadapi situasi serupa. Tidak cukup hanya berempati, negara juga harus hadir secara nyata dalam proses pemulangan, baik dari sisi administrasi, pendanaan, maupun dukungan moral bagi keluarga yang ditinggalkan.
Kolaborasi Lintas Lembaga Jadi Kunci
Wakil Wali Kota menegaskan bahwa penanganan TKW Cirebon yang meninggal di Malaysia harus dilakukan melalui kerja sama lintas kementerian dan lembaga. Ia mendorong agar Kementerian Luar Negeri, BP2MI, dan Kementerian Sosial segera melakukan langkah-langkah terkoordinasi.
“Saya meminta OPD terkait untuk segera menghubungi pihak-pihak dan melakukan koordinasi secepatnya dengan BP2MI serta Kementerian Sosial dan Kementerian Luar Negeri agar proses pemulangan jenazah dapat segera terealisasi,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia juga memerintahkan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) dan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Cirebon untuk proaktif dalam membantu keluarga Tasmi. Kedua OPD tersebut diminta menyiapkan pendampingan dan dukungan logistik, baik sebelum maupun setelah jenazah tiba di tanah air.
Negara Harus Hadir, Bukan Sekadar Simpati
Menurut Siti Farida, meninggalnya TKW Cirebon di Malaysia bukan sekadar kabar duka biasa. Peristiwa ini merupakan panggilan nurani yang harus menggugah semua pihak untuk tidak hanya hadir dalam simpati, tetapi juga bertindak nyata untuk melindungi pekerja migran Indonesia.
“Kami tidak ingin keluarga almarhumah menanggung beban emosional dan finansial sendirian. Negara harus hadir dalam arti sesungguhnya, bukan simbolis,” katanya.
Siti Farida menekankan bahwa pekerja migran adalah pahlawan devisa yang layak mendapatkan perlakuan terhormat, bahkan ketika mereka pulang dalam keadaan tidak bernyawa. Ia mengingatkan bahwa setiap TKW yang wafat di luar negeri semestinya dipulangkan secara layak dan cepat.
Ajakan Solidaritas dari Seluruh Elemen Bangsa
Wakil Wali Kota juga menyerukan solidaritas publik. Ia mengajak tokoh masyarakat, organisasi keagamaan, komunitas diaspora Cirebon, serta pengguna media sosial untuk bersatu dalam membantu pemulangan jenazah Tasmi.
“Sebagai bentuk komitmen moral, kami berharap Disnaker dan Dinsos membuka kanal solidaritas publik. Jika diperlukan, mari kita bantu bersama biaya pemulangannya,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa dukungan moral juga bisa diwujudkan dengan menyuarakan solidaritas melalui media sosial. Tagar seperti #PulangkanTasmi, #NegaraHarusHadir, dan #PMIPahlawanDevisa diharapkan dapat memperluas jangkauan empati publik.
Menurutnya, suara bersama yang disuarakan secara konsisten mampu mengetuk perhatian pemerintah pusat dan mempercepat tindak lanjut yang konkret. Wafatnya TKW Cirebon di Malaysia harus menjadi peristiwa yang tidak hanya ditangisi, tapi juga mempersatukan rasa dan aksi.
Momentum Evaluasi Perlindungan PMI
Siti Farida melihat tragedi yang menimpa Tasmi sebagai momentum penting untuk mengevaluasi ulang kebijakan perlindungan terhadap pekerja migran. Ia menyebutkan bahwa hingga hari ini, masih banyak PMI yang tidak mendapatkan kepastian hukum, perlindungan kesehatan, hingga akses bantuan saat darurat.
“Kita perlu menjadikan peristiwa ini sebagai panggilan kolektif untuk memperkuat tata kelola perlindungan PMI, baik saat bekerja, dalam kondisi darurat, maupun saat wafat,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan agar ke depan, ada skema perlindungan yang lebih manusiawi bagi TKW dan TKI yang bekerja di luar negeri, termasuk sistem kepastian pemulangan jenazah secara gratis atau disubsidi penuh negara.
Siti berharap bahwa tidak ada lagi TKW Cirebon meninggal di Malaysia tanpa kejelasan pemulangan atau kepastian pendampingan. Pemerintah, menurutnya, wajib hadir dari awal hingga akhir pengabdian para pahlawan devisa.
Pengabdian Harus Ditutup dengan Kehormatan
Dalam pernyataan penutupnya, Siti Farida menegaskan bahwa dedikasi dan pengorbanan para pekerja migran harus dibalas dengan penghormatan. Setiap TKW yang wafat di negeri orang adalah pahlawan yang pantas dihormati, tidak hanya oleh keluarganya, tetapi juga oleh negara.
“Semoga perhatian kita semua menjadi pelita bagi keluarga yang sedang berduka dan pengingat bagi pemerintah bahwa pengabdian seorang anak bangsa—meski jauh di negeri seberang—harus ditutup dengan penghormatan dan perlindungan dari negara,” pungkasnya.
Ia berharap duka yang dialami keluarga Tasmi bisa menjadi peringatan kolektif bagi kita semua untuk tidak lagi abai terhadap nasib pekerja migran yang bekerja keras demi masa depan keluarga mereka.
Dukungan Masyarakat Terus Mengalir
Setelah kabar TKW Cirebon meninggal di Malaysia menyebar luas, gelombang simpati datang dari berbagai kalangan. Sejumlah tokoh masyarakat, organisasi pemuda, dan komunitas sosial mulai bergerak menggalang dana bantuan. Unggahan berisi doa dan dukungan juga membanjiri media sosial.
Di tengah duka, masyarakat menunjukkan bahwa semangat gotong royong dan kepedulian masih menjadi kekuatan utama bangsa. Banyak warga berharap jenazah Tasmi bisa segera dipulangkan dan dimakamkan secara layak di kampung halamannya.


















