Cirebon,- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Cirebon terus mendorong ekonomi daerah melalui beberapa sektor seperti pertanian, industri, dan pengembangan ekonomi daerah khususnya pariwisata.
Hal tersebut disampaikan Deputi Bank Indonesia Cirebon, Agung Budi Laksono, usai menghadiri Festival Bumi Bantaragung di Desa Wisata Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, Sabtu (26/10/2024).
Menurut Agung, Desa Bantaragung memiliki potensi besar sebagai desa wisata, sehingga pihaknya mendorong pengembangannya bersama instansi terkait. Selain itu, komoditas lokal Desa Bantaragung juga mendukung keberlanjutan sektor wisata.
“Kami mendorong Desa Wisata Bantaragung menjadi destinasi wisata alternatif, baik untuk wilayah Ciayumajakuning, Jawa Barat, maupun secara nasional,” ujar Agung
Agung berharap, dengan adanya Festival Bumi Bantaragung, semakin banyak orang mengetahui bahwa Desa Bantaragung di Majalengka memiliki daya tarik yang potensial.
“Dengan semakin banyaknya orang berkunjung, diharapkan ekonomi di desa tersebut meningkat, aktivitas ekonomi bergeliat, dan daya beli masyarakat juga membaik,” ungkapnya.
Bank Indonesia Cirebon, lanjut Agung, telah lama mendukung Desa Wisata Bantaragung, yang dimulai sejak 2019 melalui pengembangan kluster padi organik.
“Pengembangan Desa Wisata Bantaragung secara intensif dimulai pada 2024, setelah melihat potensinya pada 2023. Kami berharap program ini berjalan dengan baik ke depannya,” katanya.
Kedepannya, kata Agung, Kantor Perwakilan BI Cirebon akan terus melakukan pembinaan, terutama dalam pengembangan UMKM. Setelah bantuan diberikan, pihaknya akan tetap memonitor dan memberikan capacity building.
“Kami memiliki 46 KPw BI di berbagai daerah yang dapat saling berbagi pengalaman. Kami bahkan telah mengajak teman-teman dari Bantaragung untuk studi banding ke Ubud, Bali, karena karakteristik wilayahnya hampir sama,” jelasnya.
Agung menambahkan, pihaknya juga mengundang rekan-rekan dari Bali untuk berkunjung balik, mengingat perkembangan pariwisata yang dinamis sehingga kerja sama dapat saling menguntungkan.
Untuk memperluas pasar, lanjut Agung, pihaknya akan memberikan pelatihan terkait digitalisasi, termasuk pemasaran digital dan penggunaan QRIS.
“Harapannya, peran BI dan pemerintah daerah secara bertahap akan berkurang, dan masyarakat bisa mandiri dalam mengembangkan usaha mereka,” jelasnya.
Agung menyadari pengembangan desa wisata bukanlah hal yang mudah karena tantangannya cukup besar, terutama di Desa Bantaragung yang memiliki 11 RW.
“Kami perlu membangun kesadaran bersama bahwa ini adalah kerja kolaboratif yang mem
Tinggalkan Balasan